Wedding

11 Prosesi Pernikahan Adat Bali yang Menguji Cinta dan Kesetiaan

Adat istiadat Bali kaya akan tradisi dan perayaan, sama seperti budaya dari suku di Indonesia lainnya. Untuk melihat kekayaan tersebut, kamu bisa mulai dengan mengenal bagaimana prosesi pernikahan adat Bali.

Karena, keberagaman tradisi dan adat yang ada di Indonesia itu membuat prosesi pernikahannya beragam dan unik. Kamu bisa melihat keindahan setiap adat lewat prosesi yang sarat akan makna.

Prosesi pernikahan adat Bali sendiri tidak terbentuk begitu saja. Setiap prosesnya memiliki pedoman. Aturan tersebut terdapat di dalam Kitab Weda dan hukum Hindu. Setiap masyarakat yang menganut kepercayaannya masih mengikuti aturan tersebut.

Setiap pasangan yang mengikutinya dipercaya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia (Jagaditha) dan abadi (Moksa). Berbeda dengan pernikahan adat lain yang memulai prosesinya dari sebelum, saat, dan sesudah hari pernikahan.

Dalam prosesi pernikahan adat Bali, umumnya terdapat dua bagian, yaitu memadik (meminang) dan merangkat (ngerorod). Proses memadik dilakukan di rumah mempelai wanita, sedangkan merangkat sebaliknya. 

Kedua prosesi ini dapat calon pengantin pilih berdasarkan kesepakatan dari keluarga. Satu hal yang menjadi persamaan antara memadik dan merangkat, kedua prosesi ini panjang dan rumit. Tentu saja, setiap prosesnya pasti memiliki makna dan doa bagi kedua pengantin. Beginilah indahnya prosesi pernikahan adat Bali.

1. Mesedek

Foto: Bali Ratio Photography

Prosesi pertama yang harus dilalui oleh kedua calon pengantin adalah mesedek. Di momen ini, keluarga calon mempelai pria datang ke rumah pengantin wanita untuk memperkenalkan diri sekaligus meminangnya menjadi pendamping hidup.

Inilah waktu di mana keluarga calon mempelai wanita melihat bagaimana sikap dan kesungguhan pengantin prianya. Prosesi mesedek dianggap sukses ketika keluarga calon mempelai wanita menyetujui pernikahan tersebut.

2. Medewasa Ayu

Foto: GH Bali Photography

Seperti pernikahan pada umumnya, setelah proses “lamaran” selesai, kedua keluarga calon pengantin akan menentukan tanggal baik (dewasa) untuk menggelar acara pernikahan. Karena, mereka percaya dengan menikah di hari yang baik, kehidupan kedua pengantin akan mendapatkan keberkahan dan jauh dari segala kesialan.

Pada pernikahan adat Bali, pemilihan hari baik  oleh calon mempelai pria berdasarkan nasihat seorang Sulinggih atau orang yang paham tentang nikabang padewasaan.

3. Upacara Ngekeb

Pernikahan adat Bali juga mewajibkan kedua calon pengantin menjalani siraman. Hal tersebut bernama “Upacara Ngekeb”. Ritual ini berbeda dengan siraman pada umumnya, calon mempelai wanita akan dilulur dengan ramuan dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah ditumbuk halus sebelum disiram air merang untuk keramas.

Proses ngekeb dilakukan pada sore hari dan calon mempelai wanita masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah disediakan sesajen setelah ritual selesai. Ia tidak boleh keluar kamar sampai calon mempelai pria menjemput keesokan harinya.

Selama di kamar, calon pengantin wanita memperbanyak doa kepada Sang Hyang Widhi agar memperoleh anugerah kebahagiaan di pernikahannya. 

4. Ngungkab Lawang

Foto: Bali Ratio Photography

Ngungkab lawang berarti membuka pintu, di mana prosesi ini merupakan rangkaian acara calon mempelai pria menjemput wanitanya. Ketika calon suaminya sampai di kamar, mempelai wanita wajib ditutupi dengan selembar kain tipis berwarna kuning dari ujung kepala hingga kaki.

Keduanya kemudian bertemu untuk menjalani sembilan rangkaian acara yaitu pejati dan suci alit, peras pengambean, caru ayam brumbun asoroh, bayekawonan, prayascita, pangulapan, segehan panca warna, segehan seliwang atanding, hingga segehan agung.

Namun, sebelum melakukannya, calon mempelai pria mengucapkan syair Weda dan kemudian pengantin wanita membalasnya. Setelah itu, keduanya saling melempar daun sirih. Ritual ini sebagai penolak bala yang mungkin akan datang selama acara pernikahan berlangsung.

Ngungkap lawang dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga calon mempelai wanita dan harapan agar kelak mereka berdua hidup harmonis. Selanjutnya, calon mempelai wanita akan dibawa ke rumah suaminya menggunakan tandu tanpa diikuti keluarga.

5. Mesegehagung

Mesegehagung merupakan ritual penyambutan calon mempelai wanita di kediaman pria. Sampai di ritual ini, kain kuning masih menutupi wajah calon mempelai wanita dan begitu sampai mertuanya akan membawanya ke kamar pengantin.

Calon mempelai wanita ditukar dengan uang kepeng satakan setelah kain kuning yang menyelimuti tubuhnya dibuka. Menukarkan dirinya dengan mata uang tersebut merupakan simbol menyambut dunia baru dan mengubur masa lalunya. Penukaran mata uang masa lalu ini juga menjadi ungkapan selamat datang pada dirinya.

6. Madengen-dengen (Mekala-kalaan)

Foto: Instagram/arniwidias

Ritual keenam ini bertujuan untuk menyucikan kedua pengantin dari segala hal negatif. Tepat setelah genta berbunyi, prosesi madengen-dengen dimulai dengan dipimpin oleh seorang pemimpin agama atau pemangku adat. Terdapat empat ritual yang harus dilakukan kedua pengantin, yaitu:

  • Menyentuh kaki pada kala sepetan

Ritual dimulai dengan kedua mempelai berputar sebanyak tiga kali mengelilingi sanggat pesaksi, kemulan, dan penegteg. Mempelai wanita membawa bakul perdagangan dan suaminya memikul tegen-tegenan. Baik mempelai wanita maupun pria harus menyentuhkan kakinya pada kala sepetan.

  • Jual beli

Sebagai doa agar kehidupan rumah tangga keduanya bisa saling melengkapi dan memberi hingga mencapai tujuan bersama, mempelai pria membeli bakul yang dibawa oleh pengantin wanita.

  • Menusuk tikeh dadakan

Tikeh dadakan adalah anyaman tikar dari daun pandang yang akan dipegang oleh pengantin wanita ketika mempelai pria sedang menyiapkan keris. Tradisi menusuk tikeh dadakan ini melambangkan kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni), sedangkan keris sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga).

  • Memutuskan benang

Ritual terakhir adalah prosesi memutuskan benang pada cabang dadap (papegatan) sebagai perumpamaan bahwa keduanya siap meninggalkan masa remaja. Namun, sebelum memutuskan benang mereka akan menanamkan kunyit, talas, dan andong di belakang merajan atau sanggah (tempat sembahyang keluarga). Prosesi ini bertujuan untuk melanggengkan keturunan keluarga.

7. Mewidhi Widana (Natab Banten Beduur)

Foto: Instagram/ arniwidias

Prosesi ini merupakan penyampain doa oleh kedua mempelai akan hadirnya keluarga baru untuk melanjutkan keturunannya kepada para leluhur. Adapun mewidhi widana dilangsungkan di pura keluarga pria dan dipimpin oleh pemangku sanggah serta diantar pinisepuh.

8. Mejamuan (Ma Pejati)

Foto: Website Bali Home Wedding

Setelah resmi menjadi suami istri, seorang wanita akan menjadi keluarga besar pihak pria. Oleh karena itu, kedua keluarga akan mengatur waktu untuk melakukan kunjungan ke kediaman wanita untuk melaksanakan prosesi mejauman.

Mejauman dilaksanakan untuk memohon pamit pada keluarga besar pihak wanita, terutama para leluhurnya. Keluarga pria datang mengunjungi dengan membawa panganan kue khas Bali, seperti kue bantal, kuskus, apem, alem, nagasari, kekupa, cerorot, kopi, teh, gula, beras, sirih pinang, lauk pauk, dan buah-buahan.

9. Natab Pawetonan

Mempelai pria mengucapkan terima kasih atas harapan kepada ibu mertuanya karena tugasnya untuk mendidik, membesarkan, serta melindungi anaknya telah selesai dengan baik dan kini berpindah pada dirinya. Ritual ini dilakukan di atas tempat tidur dengan penyerahan seserahan berupa barang bernilai, seperti perhiasan dan pakaian oleh menantu kepada sang mertua.

10. Bekal (Tadtadan)

Foto: GH Bali Photography

Sekarang giliran momen haru ibu dan anak perempuannya. Bekal merupakan prosesi pemberian seperangkat perhiasan atau pakaian ibadah dari sang ibu kepada anaknya. Adapun pemberian ini melambangkan harapan agar sang anak selalu mengingat jasa-jasa ibunya selama ini. Sementara itu, pemberian pakaian  ibadah menjadi simbol harapan agar anak perempuannya tersebut ingat untuk terus beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

11. Mejaya-jaya

Foto: GH Bali Photography

Sampailah di akhir prosesi pernikahan adat Bali. Kedua pengantin baru tidak boleh keluar atau bepergian selama tiga hari berturut-turut. Hal ini dilakukan karena mereka harus melakukan kewajibannya sebagai suami istri.

Mejaya-jaya merupakan doa agar kedua pengantin selalu diberikan kemudahan dan bimbingan dari para Sanghyang Pramesti Guru. Menurut kepercayaan,  tradisi ini dapat meningkatkan hubungan intim mereka.

Begitulah indahnya prosesi pernikahan adat Bali yang akan menguji cinta dan kesetiaan kamu. Setiap prosesinya memiliki makna dan doa untuk kedua pengantin. Siap untuk menjalankan semua rangkaiannya?

vncoartikeladmin

Recent Posts

Cincin Emas Model Terbaru V&Co Jewellery, Persiapan Tampil Gaya dan Trendy di Tahun Baru!

Nggak terasa tahun 2024 akan segera usai! Dalam fashion jewellery, perhiasan emas selalu menjadi pilihan…

23 jam ago

Promise Ring: Cincin Simbol Cinta dan Komitmen yang Penuh Makna

Cincin bukan sekadar aksesori; ia adalah bahasa tanpa kata yang mampu mengungkapkan cinta, komitmen, dan…

1 hari ago

Catat! Ini Dia Timetable dan Persiapan Pernikahan Pihak Wanita!

Halo, calon pengantin! Siapa sih yang nggak pengen momen pernikahannya berjalan mulus tanpa hambatan? Buat…

4 hari ago

Persiapan Penting untuk Pasangan yang Akan Menghadiri Pameran Pernikahan

Pernikahan adalah salah satu momen paling berharga dalam hidup, dan persiapannya tentu nggak boleh asal-asalan.…

6 hari ago

Konsep Pernikahan Sederhana tapi Elegan

Kamu mungkin sudah sering mendengar kalau menikah itu adalah salah satu momen terindah dalam hidup.…

7 hari ago

Cara Bikin Acara Lamaran Anti Mainstream!

Mau acara lamaran yang nggak sekedar tepuk tangan dan tukar cincin? Saatnya bikin momen yang…

1 minggu ago