Pernikahan adat Jawa memang cukup unik baik dari prosesinya, maupun makna atau filosofinya. Seperti prosesi Bubak Manten dalam upacara adat pernikahan Jawa. Di zaman modern saat ini, upacara adat pengantin memang dinilai unik. Meski mulai tersisih dengan konsep pernikahan modern, tapi prosesi adat bubak manten atau yang dikenal pula dengan bubak kawah ini masih dijalankan oleh beberapa kalangan.
Hingga saat ini, bubak manten masih banyak dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Seperti apa prosesi bubak manten dan apa maknanya? Yuk simak penjelasan lengkapnya, berikut ini.
Bubak manten sebenarnya dikenal juga dengan bubak kawah. Melansir dari detik.com, sebuah jurnal penelitian berjudul “Bentuk, Fungsi dan Makna Upacara Bubak Kawah dalam Rangkaian Perkawinan di Dusun Kedungbiru, Desa Balong, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar”, membahas mengenai prosesi bubak manten ini. Hasil penelitian itu mengungkap bahwa menurut bahasa bubak berarti mbukak (membuka), kawah artinya air yang keluar sebelum kelahiran bayi.
Dalam penyebutan bubak manten diketahui bahwa prosesi ini dilakukan saat upacara pernikahan. Secara makna, bubak manten adalah prosesi adat yang dilaksanakan ketika orang tua menikahkan anaknya untuk pertama kali. Berlaku baik itu anak sulung, maupun anak kedua, dan seterusnya. Pada intinya, bubak manten dilakukan saat hajatan digelar pertama kali untuk menikahkan seorang perjaka dan gadis. Jika nantinya orang tua menggelar hajatan pernikahan anak berikutnya, maka sudah tidak melaksanakan ritual ini lagi.
Seperti upacara adat pada umumnya, bubak manten memiliki makna yang cukup mendalam dan mengandung doa dan harapan orang tua atas pernikahan anaknya. Tujuan bubak manten agar pengantin diberikan kekuatan, kesegaran jasmani dan rohani, kedamaian hidup dan agar dikaruniai keturunan. Selain itu, prosesi ini juga dimaknai sebagai wujud tanggung jawab orang tua pada anak-anaknya.
Lalu, kenapa hanya dilakukan saat menikahkan anak pertama kali? Sesuai arti bahasa bubak yang berarti membuka, acara pernikahan sebagai pembuka sering kali dianggap memiliki banyak halangan. Maka, bubak manten juga dimaknai sebagai wujud rasa syukur dan permohonan untuk diberikan kelancaran baik dalam proses pernikahan, maupun dalam menjalani rumah tangga nantinya.
Dalam prosesinya, kental akan budaya Hindu. Mulai dari sesaji yang digunakan hingga makna-maknanya. Upacara bubak manten di beberapa daerah disimbolkan dengan rujak degan atau rujak kelapa muda. Sajian ini menunjukkan pada kerabat atau tamu yang hadir bahwa hajatan yang digelar merupakan hajatan pertama dalam keluarga.
Rujak digambarkan sebagai tanggung jawab orang tua pada anaknya. Meski hajatan yang digelar cukup banyak rangkaian acaranya, tapi berharap seluruh keluarga tetap sehat dan bugar baik secara pikiran maupun badannya.
Bubak manten yang identik dengan pernikahan adat di berbagai wilayah Jawa memang memiliki tradisi prosesinya masing-masing. Perbedaan prosesi ini biasanya dipengaruhi oleh tradisi daerah setempat. Biasanya dilakukan dalam satu rangkaian dengan upacara panggih atau temu manten. Prosesinya dilaksanakan usai sungkeman. Namun, ada juga yang melangsungkannya saat prosesi siraman dan midodareni sehari sebelum hari pernikahan.
Pelaksanaan bubak manten dengan menunjuk seorang petugas dari salah satu kerabat pemilik hajatan sebagai tetua atau orang yang dituakan untuk memberikan nasihat. Petugas akan menjelaskan kronologi kehidupan manusia dari dalam kandungan hingga dewasa dan akhirnya menikah.
Kemudian petugas membawa kendi yang berisi berbagai sesaji. Kendil-kendil tersebut kemudian dibacakan doa-doa, setelah itu kendi yang berisi makanan akan dibagikan pada tamu yang hadir.
Di beberapa daerah, bubak manten seperti ini diikuti dengan tradisi berebut alat-alat rumah tangga. Di mana ada seorang pria yang memikul bakulan berisi alat rumah tangga di tengah upacara. Kemudian para tamu dipersilakan untuk rebutan alat-alat rumah tangga tersebut.
Meski prosesi adat bubak manten tiap daerah cukup beragam, tapi pada intinya sesaji yang dibutuhkan dalam upacaranya hampir sama. Sesajinya pun cukup banyak mulai dari kain, kemenyan, hingga jajanan pasar. Tentunya, sesaji tersebut mengandung makna tersendiri.
Melansir dari Research Gate, Jurnal “Tradisi Bubak Manten Dalam Pernikahan di Dukuh Balong Gobang Desa Karangsono Ngawi”, berikut penjelasan sesaji bubak manten:
berupa kendi yang melambangkan seorang laki-laki. Isinya berupa cok bakal, yakni bunga setaman, kemiri, telur, bawang merah, bawang putih, nasi, cabai, kacang hijau, dan sirih. Gendhaga ini dibacakan syahadat dan doa-doa lain. Prosesi ini mengandung harapan bahwa mempelai laki-laki mampu menjadi pemimpin rumah tangga dan membimbing istrinya secara agama.
Berupa kendi yang melambangkan seorang perempuan. Isinya berupa beras lama, jagung lama, kedelai lama, kacang-kacangan lama, asam jawa lama, uang lama. Biji-bijian lama ini mengandung arti bahwa perempuan menyimpan biji sejak lama yang kelak akan menghasilkan keturunan yang baik. Selain itu, biji-biji lama menggambarkan perempuan diharapkan bisa menyisihkan pemberian nafkah dari suami supaya bisa menjadi tabungan di masa depan
Berupa minuman, makanan atau barang-barang meliputi cok bakal, dan andong, daun otok, daun palungan, daun beringin, alang-alang, daun tebu, kembar mayang, jamur, rokok, gula, beras, pisang, kelapa tua, kendi-kendi kecil, alat jahit, nasi kepal. Sesajen ini menggambarkan berbagai kebutuhan dalam berumah tangga.
Melambangkan doa dan harapan supaya kelang kedua pengantin bisa hidup dengan adil dan makmur, layaknya seorang raja
Digunakan sebagai alas gendhaga yang melambangkan kesucian
Melambangkan hubungan sosial pengantin dengan masyarakat sekitar. Jajan pasar ini nantinya akan dibagikan pada tamu yang hadir.
Sesaji bubak manten tiap daerah bisa saja berbeda. Ada yang menggunakan tambahan tumpeng, kembang setaman, kelapa hijau yang dilubangi kemudian diserahkan pengantin pria pada ibunya, ada juga yang menggunakan kemenyan yang dibakar sebagai media untuk mengantarkan doa.
Penggunaan kemenyan ini membuat prosesi bubak manten identik dengan prosesi umat Hindu. Bagaimana pun tradisi tersebut memang merupakan budaya turun-temurun dari zaman kerajaan Hindu-Budha di masa lampau. Namun, pada praktiknya saat ini telah mengalami berbagai adaptasi budaya, sehingga banyak pula masyarakat Jawa muslim yang melaksanakannya.
Nah, itulah serba-serbi bubak manten yang saat ini masih dilakukan pada upacara pernikahan adat Jawa, meski di kalangan tertentu saja. Hal itu yang membuat bubak manten saat ini kurang dikenali generasi muda. Jika kamu menyukai pernikahan adat dan prosesi ini cocok dengan budaya yang kamu yakini, tidak ada salahnya, lho ikut melestarikannya dalam pesta pernikahanmu. Temukan inspirasi pernikahan mulai dari konsep hingga cincin pernikahan di V&Co Jewellery!
Nggak terasa tahun 2024 akan segera usai! Dalam fashion jewellery, perhiasan emas selalu menjadi pilihan…
Cincin bukan sekadar aksesori; ia adalah bahasa tanpa kata yang mampu mengungkapkan cinta, komitmen, dan…
Halo, calon pengantin! Siapa sih yang nggak pengen momen pernikahannya berjalan mulus tanpa hambatan? Buat…
Pernikahan adalah salah satu momen paling berharga dalam hidup, dan persiapannya tentu nggak boleh asal-asalan.…
Kamu mungkin sudah sering mendengar kalau menikah itu adalah salah satu momen terindah dalam hidup.…
Mau acara lamaran yang nggak sekedar tepuk tangan dan tukar cincin? Saatnya bikin momen yang…