Pernikahan adat Jawa terkenal akan riasan dan busananya yang seperti bangsawan. Selain itu, setiap upacara pernikahan juga memiliki makna dan doa yang terselip untuk pasangan pengantin. Dalam artikel ini, kami akan membahas mengenai pernikahan adat Jawa Jogjakarta yang memiliki beberapa perbedaan dengan pernikahan Jawa Solo. Simak ulasan selengkapnya, ya!
Prosesi pernikahan adat Jogjakarta yang pertama adalah nontoni. Dalam prosesi ini, pihak pria menghampiri rumah pihak wanita yang belum pernah bertemu sebelumnya dengan tujuan untuk mengenal sang wanita dan keluarganya lebih dalam. Akan tetapi, prosesi ini sudah jarang dilakukan karena dewasa ini, calon pengantin sudah mengenal satu sama lain.
Proses selanjutnya adalah lamaran di mana prosesinya tidak jauh berbeda dengan nontoni. Akan tetapi pada prosesi ini, pihak pria membawa makanan tradisional seperti wajik, ketan, wingko, dan makanan tradisional lainnya. Makna di balik makanan ini adalah harapan agar pasangan selalu lengket dan erat terus menerus.
Peningsetan sendiri bermakna ‘ikat’ di mana pihak pria bermaksud untuk mengikat pihak wanita menjadi pasangannya. Untuk itulah dalam proses lamaran, pihak pria juga membawa mahar berupa kain batik atau kebaya hingga mahar perhiasan yang menandakan bahwa kedua calon pengantin ini sudah terikat satu sama lain dan siap menuju ke jenjang selanjutnya, yaitu pernikahan.
Pernikahan adat Jogjakarta diawali dengan pemasangan tarub di depan kediaman calon mempelai wanita. Tarub sendiri adalah rumah-rumahan dengan atap daun kelapa. Tarub ini menandakan bahwa sang pemilik rumah akan memiliki hajatan mantu. Kemudian, bleketepe adalah anyaman merumbai dari daun kelapa yang masih hijau. Peletakkan bleketepe biasanya di depan rumah atau pintu masuk acara hajatan.
Selanjutnya, ada tuwuhan yang merupakan tumbuhan yang dipasang pada sekeliling gerbang masuk acara. Seperti pada prosesi pernikahan adat Jawa Solo, tuwuhan terdiri dari pohon pisang raja yang berbuah dan suah matang, tebu wulung, kelapa muda, daun randu, batang padi, dan janur kuning. Tuwuhan sendiri berisi harapan agar pasangan pengantin diberikan kelancaran rezeki dan lekas diberi keturunan.
Sama seperti upacara nontoni, prosesi nyantri pada adat Jawa Jogjakarta ini sudah jarang dilakukan di masa sekarang. Zaman dahulu, prosesi ini harus dilakukan di mana calon pengantin pria harus diserahkan 1-3 hari sebelum prosesi ijab kabul kepada orang tua calon pengantin wanita. Upacara nyantri ini biasanya dibarengi dengan midodareni. Hal ini dilakukan agar calon pengantin pria tidak kabur dan pasti menghadiri acara pernikahannya sendiri.
Sementara di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sendiri, calon pengantin pria harus mengikuti upacara nyantri sebagai salah satu proses untuk memperkenalkan kehidupan keraton. Selain itu, prosesi adat Jogjakarta ini juga bertujuan untuk semakin mengenal perilaku calon pengantin pria.
Ritual adat Jogjakarta selanjutnya adalah acara siraman yang dilakukan sehari sebelum prosesi pernikahan. Acara siraman sendiri dimaksudkan untuk membersihkan calon pengantin secara lahir dan batin agar kembali suci.
Pihak yang berhak memandikan calon pengantin adalah orang tua calon pengantin dan para pinisepuh yang berhasil dalam pernikahannya. Hal ini bertujuan agar calon pengantin mendapatkan berkah dan mampu mencapai pernikahan yang langgeng. Untuk jumlah yang memandikannya sendiri tidak ditentukan, asalkan ganjil. Akan tetapi agar prosesi tidak berjalan terlalu lama dan membuat calon pengantin kedinginan, jumlahnya dibatasi dari tujuh hingga sembilan orang.
Prosesi ini tidak hanya dilakukan oleh pihak calon pengantin wanita, namun calon pengantin pria juga melakukan siraman di rumahnya sendiri. Biasanya, pihak calon pengantin wanita akan mengirimkan utusan untuk membawakan banyu perwitasari atau air siraman calon mempelai wanita untuk dicampurkan ke dalam air siraman pihak pria.
Ngerik adalah prosesi adat Yogyakarta di mana calon pengantin wanita membersihkan anak-anak rambut di sekitar dahi agar wajah menjadi lebih bercahaya. Selain itu, prosesi ini dipelukan agar pemaes atau perias pengantin lebih mudah untuk melukis paes.
Ngerik sendiri memiliki makna membuang berbagai hal buruk yang menimpa calon pengantin di sebelumnya. Hal ini bertujuan agar calon pengantin bersih secara lahir dan batik saat memasuki gerbang pernikahan.
Midodareni berasal dari kata “widodari” yang berarti bidadari. Prosesi ini dilangsungkan dari pukul 6 sore hingga 12 malam di mana calon pengantin wanita ditemani ibu dan saudara perempuannya. Konon, pada malam midodareni ini, bidadari turun dari langit untuk membantu menyempurnakan kecantikan calon mempelai wanita agar bisa tampil sempurna dan menawan di hari pernikahannya.
Pada malam midodareni ini, ayah dari calon pengantin wanita juga akan melangsungkan prosesi tantingan, yang berarti menanyakan kemantapan hati sang putri untuk menikahi pria yang dipilihnya.
Ijab adalah prosesi utama dari pernikahan karena menjadi acara pengesahan pernikahan kedua calon mempelai menjadi suami dan istri di hadapan Tuhan, penghulu, wali, saksi, dan tamu undangan. Prosesi ini menjadi simbol penyerahan resmi mempelai wanita ke mempelai pria yang diikat dengan mas kawin. Untuk kamu yang masih bingung memilih desain cincin pernikahan, bisa cek di VnCoJewellery dan pilih desain yang sesuai dengan selera kamu dan pasangan!
Panggih dalam bahasa Jawa berarti bertemu. Ini adalah prosesi dalam adat Jogjakarta di mana kedua mempelai dipertemukan setelah ijab, kemudian disandingkan di pelaminan. Upacara tradisional Jawa ini umumnya dimulai dengan pertunjukan tarian edan-edanan yang dilakukan oleh penari laki-laki dan perempuan mengenakan pakaian dan riasan yang lucu.
Tarian ini menggambarkan bahwa pasangan pengantin yang berparas cantik dan tampan membutuhkan keseimbangan dengan tampilan compang-camping oleh abdi dalem. Tarian edan-edanan juga bermakna menolak roh jahat yang ditakutkan akan mengganggu prosesi panggih.
Upacara adat Jogjakarta selanjutnya adalah penyerahan sanggan yang merupakan simbol menebus pengantin wanita. Upacara ini dilakukan dengan menyerahkan dua sisir pisang raja yang matang di pohon, sirih kayu, kembang telon berupa mawar, melati, dan kenanga, serta benang lawe yang diletakkan dalam satu wadah.
Sanggan ini dibawa oleh salah satu keluarga atau perwakilan dari pihak pria yang berjalan di depan rombongan pengantin pria. Selanjutnya, sanggan diserahkan kepada ibu dari pengantin wanita.
Gantal adalah daun sirih berisi kapur sirih, gambir, bunga pinang, dan tembakau hitam yang dilipat dan diikat dengan benang lawe. Benda ini melambangkan pertemuan kedua mempelai yang diikat dengan benang kasih suci. Sedangkan balangan sendiri berarti melempar. Prosesi ini dilakukan dengan kedua pengantin yang saling melemparkan gantal ke satu sama lain, yang melambangkan pengantin yang saling melempar kasih.
Wijik dalam bahasa Jawa berarti mencuci atau membersihkan dengan air. Prosesi adat Jawa ini dilakukan dengan pengantin wanita yang membasuh kaki pengantin pria. Upacara ini melambangkan bakti istri kepada suami dan bermakna untuk menghilangkan segala halangan saat menempuh perjalanan untuk membangun keluarga yang langgeng dan bahagia.
Pondong atau gendong ini adalah prosesi yang dilakukan pada pernikahan putri Sultan Hamengkubuwono di mana pengantin pria menggendong pengantin wanita. Prosesi ini memiliki makna bahwa pengantin pria menghargai dan memperlakukan mempelai wanita selayaknya putri raja.
Sedangkan untuk masyarakat Yogyakarta di luar Keraton, prosesi ini diganti dengan kanten asto, yang berarti menautkan tangan. Acara ini dilakukan dengan kedua pengantin mengaitkan kedua jari kelingking mereka dan berjalan menuju pelaminan.
Tampa kaya disebut juga dengan kacar-kucur yang merupakan prosesi pengantin pria menuangkan kaya, yaitu biji-bijian, kembang, dan uang logam dari anyaman pandan ke bentangan sapu tangan yang diterima oleh pengantin wanita. Selanjutnya kaya ini akan dibungkus oleh pengantin wanita agar isinya tidak berceceran. Prosesi adat Jogjakarta ini melambangkan pengantin pria sebagai pencari nafkah dan pengantin wanita sebagai pengelola agar bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Prosesi adat Jawa selanjutnya adalah dhahar atau makan kepalan nasi kuning sebanyak 3 buah yang dibuat oleh pengantin pria. Kepalan nasi ini akan diletakkan dipiring yang dipegang oleh pengantin wanita, kemudian akan dimakan oleh pengantin wanita nantinya.
Ngunjuk berarti minum, dan degan sendiri adalah kelapa muda. Prosesi adat Jogjakarta ini dilakukan dengan kedua mempelai dan orang tua yang meminum campuran serutan kelapa muda dengan gula merah. Acara ini melambangkan bahwa segala sesuatu yang manis tidak boleh hanya dinikmati sendiri, namun dibagikan juga ke seluruh keluarga.
Prosesi ini adalah acara penjemputan orang tua pengantin pria oleh orang tua pengantin wanita. Hal ini dilakukan karena orang tua mempelai pria tidak diperbolehkan menghadiri prosesi panggih. Jadi setelah ngunjuk rujak degan selesai dilakukan, prosesi mapag besan segera dilangsungkan.
Prosesi pernikahan adat Jogjakarta diakhiri dengan acara sungkeman yang dilakukan oleh pasangan pengantin dengan melakukan sembah sujud kepada kedua orang tua pasangan. Prosesi ini merupakan simbol ucapan terima kasih kepada orang tua masing-masing karena sudah membesarkan mereka, serta sebagai permintaan restu agar pasangan pengantin baru ini bisa membangun keluarga yang sehat dan bahagia.
Itu dia rangkaian pernikahan adat Jawa Jogjakarta serta makna dan doa yang terkandung di dalamnya. Cocok banget dijadikan pilihan pernikahan adat untuk kamu dan pasangan yang ingin turut serta melestarikan budaya Jawa. Jangan lupa untuk memilih perhiasan sebagai mas kawin pernikahan di V&Co Jewellery yang menyediakan berbagai desain cantik ini, ya!
Nggak terasa tahun 2024 akan segera usai! Dalam fashion jewellery, perhiasan emas selalu menjadi pilihan…
Cincin bukan sekadar aksesori; ia adalah bahasa tanpa kata yang mampu mengungkapkan cinta, komitmen, dan…
Halo, calon pengantin! Siapa sih yang nggak pengen momen pernikahannya berjalan mulus tanpa hambatan? Buat…
Pernikahan adalah salah satu momen paling berharga dalam hidup, dan persiapannya tentu nggak boleh asal-asalan.…
Kamu mungkin sudah sering mendengar kalau menikah itu adalah salah satu momen terindah dalam hidup.…
Mau acara lamaran yang nggak sekedar tepuk tangan dan tukar cincin? Saatnya bikin momen yang…