Midodareni

Mengenal Makna dan Prosesi Midodareni Pada Pernikahan Adat Jawa

Dalam upacara pernikahan adat Jawa memang terdapat berbagai prosesi yang dilakukan sejak sebelum hari H. Salah satunya prosesi midodareni. 

Midodareni adalah bagian dari adat pernikahan Jawa yang dilakukan pada malam hari sebelum akad nikah, atau sehari sebelum hari pernikahan. Bagi masyarakat Jawa yang masih memegang teguh budaya dan warisan leluhur, midodareni menjadi prosesi yang cukup sakral.

Apalagi, berkaitan dengan malam terakhir bagi seorang gadis dan perjaka sebelum akhirnya melepas masa lajang dan menjadi pasangan suami istri. Yuk, ketahui lebih dalam terkait midodareni mulai dari arti atau maknanya, prosesi hingga susunan acara midodareni.

Makna dan Arti Midodareni

Malam midodareni
Fotografi: PING Me Photoworks

Prosesi midodareni cukup penting bagi kedua keluarga mempelai. Di malam midodareni ini keluarga pengantin pria mendatangi kediaman keluarga pengantin wanita. Kedua keluarga tersebut saling memberikan nasihat pernikahan pada calon pengantin.

Dari segi bahasa, “midodareni” berasal dari kata “widodari” yang memiliki makna “bidadari”. Dengan demikian, pemaknaan midodareni adalah sebagai malam turunnya para bidadari dari langit untuk menemui calon pengantin wanita.

Pemaknaan midodareni ini tidak lepas dari cerita mitologi Jaka Tarub dan Nawang Wulan. Jaka Tarub yang merupakan pemuda biasa menikahi seorang bidadari bernama Nawang Wulan yang turun dari langit. Pernikahan mereka dikarunia seorang putri. 

Sayangnya, Nawang Wulan harus kembali ke istana langit meninggalkan sang putri. Hingga suatu ketika Nawang Wulan kembali turun ke bumi untuk menemui sang putri di malam sebelum pernikahannya.

Seiring berjalannya waktu dan pemaknaan budaya dari mitologi tersebut, masyarakat mempercayai bahwa saat malam midodareni digelar, para bidadari akan turun ke bumi untuk menemui calon pengantin wanita. Para bidadari tersebut membantu memancarkan kecantikan calon pengantin wanita dan memberikan wejangan pernikahan.

Karena kepercayaan terhadap pemaknaan midodareni tersebut, membuat calon pengantin wanita dilarang keluar kamar selama prosesi berlangsung hingga pagi sebelum pernikahan. Bahkan, di masyarakat yang masih menjunjung tinggi warisan leluhur, calon pengantin biasanya melakukan puasa mutih selama seminggu sebelum pernikahan, supaya prosesi midodareni berjalan lancar dan aura pengantin bisa terpancar.

Prosesi Midodareni

Gelaran midodareni dalam rangkaian prosesi pernikahan adat Jawa memang tidak serta merta dimaknai sebagai turunnya bidadari dari langit untuk menemui calon pengantin wanita saja, tapi juga ada beberapa prosesi adat lainnya. Rangkaian prosesi tersebut melibatkan calon pengantin pria dan keluarganya. Tidak heran bila midodareni jadi ajang merekatkan hubungan dua keluarga. Berikut rincian prosesi midodareni seperti yang dilansir dari berbagai sumber..

  • Jonggolan

Prosesi midodareni
Prosesi midodareni | Fotografi: Polar Photograph

Dalam prosesi midodareni, keluarga calon pengantin pria datang ke rumah calon pengantin wanita. Secara adat, calon pengantin pria datang menemui calon mertua untuk menunjukkan bahwa ia dalam keadaan sehat dan siap menikahi calon istrinya besok. Kedatangan keluarga calon pengantin pria sembari membawa seserahan. Prosesi inilah yang disebut jonggolan.  

Menurut tradisi masyarakat Jawa, jumlah seserahan ini sebaiknya ganjil. Biasanya, seserahan berisi berbagai barang yang dipakai calon pengantin wanita mulai dari seperangkat perhiasan, make-up, skincare, berbagai jenis pakaian, serta aneka makanan.

  • Catur Wedha

Pembacaan catur wedha
Pembacaan catur wedha | Foto via Bantu Manten

Selain sebagai ajang silaturahmi antara dua keluarga yang akan menjadi besan, midodareni juga menjadi momen ayah dari calon pengantin wanita memberikan wejangan pada calon pengantin pria. Prosesi ini disebut dengan catur wedha yang isinya adalah empat pedoman menjalani hidup setelah pernikahan.

Biasanya sang calon ayah mertua akan mengingatkan hal-hal apa yang harus calon pengantin pria pegang teguh saat menjadi suami sang anak. Ia juga akan mengingatkan aturan-aturan dalam membangun rumah tangga supaya bisa menjadi pasangan yang harmonis dan langgeng.

  • Tantingan

Tata cara midodareni
Tantingan | Foto via Bantu Manten

Tidak hanya calon pengantin pria saja yang menunjukkan kesiapannya untuk menikah, begitu pula dengan calon pengantin wanita. Dalam prosesi tantingan ini, calon pengantin wanita ditanya lagi kesiapannya. 

Namun, karena sedang menjalani prosesi pingitan atau larangan untuk bertemu calon pengantin pria sebelum hari pernikahan, jadi tantingan diwakilkan oleh ibu dan saudara perempuan calon pengantin pria.

Prosesi ini ditandai dengan kedatangan calon ibu mertua dari pengantin pria ke kamar pengantin wanita. Di sini calon pengantin wanita akan ditanyai kesiapannya menuju hari pernikahan.

  • Kancing Gelung

Pernikahan adat Jawa
Pernikahan Adat Jawa | Fotografi: Polar Photograph

Dalam rangkaian prosesi adat midodareni tidak hanya calon pengantin wanita saja yang diberi bingkisan berupa seserahan, calon pengantin pria pun mendapat kancing gelung dari dari keluarga calon istrinya. Kancing gelung berupa seperangkat keris yang diberikan oleh keluarga calon pengantin wanita pada calon pengantin pria. 

Kancing gelung menjadi simbol diterimanya calon pengantin pria menjadi bagian dari keluarga calon pengantin wanita. Sekaligus juga menjadi tanda berakhirnya masa lajang calon pengantin pria, serta pengingat bahwa ada wanita yang harus ia pertanggungjawabkan sebagai istrinya.

  • Wilujengan Majemukan

Acara selanjutnya adalah wilujeng majemukan atau bisa juga disebut dengan silaturahmi dua keluarga. Di momen ini dua keluarga akan berbincang-bincang untuk merekatkan hubungan.

  • Angsul-angsul

penyerahan angsul-angsul
Penyerahan angsul-angsul | Foto via Bantu Manten

Setelah melalui berbagai prosesi adat dalam rangkaian acara midodareni, pertemuan dua keluarga ditutup dengan pemberian angsul-angsul atau bisa disebut dengan oleh-oleh. Angsul-angsul diberikan oleh ibu calon pengantin wanita pada ibu calon pengantin pria. 

Isi angsul-angsul  biasanya berupa makanan khas seperti kue-kue tradisional dan jenang. Prosesi ini sebagai tanda cinta keluarga calon pengantin wanita pada keluarga calon pengantin pria.

  • Kembar Mayang

Kembar mayang
Kembar mayang | Foto via Tuwuhan Solo

Sebenarnya ini tidak masuk dalam rangkaian acara midodareni, karena pelaksanaannya berjalan sendiri. Di malam midodareni, ada prosesi tersendiri yakni pembuatan kembar mayang oleh orang-orang kepercayaan keluarga pengantin wanita.

Kembar mayang adalah dua untaian kembang mayang atau bunga pinang yang menjadi hiasan dekoratif. Kembar mayang sebenarnya hasil dari representasi dari paham Hindu. Aslinya kembar mayang terdiri dari janur yang dibentuk seperti pecut-pecutan, kupat luar, dan walang-walangan, semuanya berjumlah sepasang. Ada juga bunga potro menggolo, dedaunan beringin alang-alang, andong, dan puring.

Namun, dalam perkembangannya, kembar mayang disusun dengan hiasan janur biasa yang dirangkai dengan lebih artistik. Unsur yang membentuk kembar mayang sebenarnya merepresentasikan doa. Misalnya, dedaunan melambangkan perlindungan, ketentraman, dan kenyamanan.

Di beberapa daerah dan budaya, kembar mayang ada yang diletakkan begitu saja di sebuah tempat semalaman dengan diwadai tempolong yang terbuat dari kuningan. Kemudian keesokan harinya saat hari pernikahan, kembar mayang akan diletakkan di kanan dan kiri pelaminan.

Nah, itulah beberapa hal terkait prosesi adat midodareni dalam pernikahan adat Jawa. Midodareni menjadi prosesi yang sakral karena memiliki makna yang mendalam. Di masyarakat modern seperti saat ini, midodareni menjadi salah satu cara melestarikan budaya. 

Prosesi midodareni ini bisa menjadi salah satu inspirasi rangkaian acara hari pernikahanmu. Nah, untuk inspirasi perhiasan untuk seserahan ataupun kebutuhan cincin pernikahan, kamu bisa mengunjungi vncojewellery.com, ya! Banyak inspirasi cincin dan set perhiasan untuk hari bahagiamu!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *