Baju Kurung, busana tradisional adat Melayu, sudah menjadi salah satu pilihan utama dalam perayaan pernikahan adat Melayu. Desainnya yang sederhana namun berkesan anggun, menggambarkan nilai-nilai kebudayan adat Melayu yang mendalam. Pada setiap helai kainnya menunjukkan kesopanan, kehormatan, dan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.
Dalam budaya Melayu, baju kurung dianggap sebagai lambang kehormatan dan kesucian. Pakaian ini terdiri dari baju longgar dengan potongan lurus dan sarung yang dililit di pinggang, memberi tampilan yang elegan dan sopan. Pengantin wanita terlihat sangat anggun saat mengenakannya, terutama dalam pernikahan adat yang penuh makna spiritual. Tidak seperti busana pengantin modern yang biasanya dipenuhi dengan detail dan ornamen-ornamen mewah, baju kurung justru menonjolkan kecantikan dalam kesederhanaan.
Setiap elemen dari baju kurung, mulai dari motif hingga bahannya, memiliki makna tersendiri yang memperkaya nilai-nilai tradisi adat Melayu. Dengan keindahannya, hingga kini baju kurung masih menjadi pilihan banyak calon pengantin untuk menunjukkan kepribadiannya dalam sebuah busana. Kamu tertarik menggunakan baju kurung? Simak sejarah dan nilai-nilai dalam baju kurung berikut, ya!
Tak hanya di Indonesia, baju kurung juga merupakan pakaian adat Melayu bagi masyarakat Malaysia, Brunei, dan Thailand selatan. Sejarah awal baju kurung dikisahkan sejak abad ke-13, dimana saat itu ditemukan sebuah catatan dari Tiongkok yang menyebutkan bahwa masyarakat Melayu, baik pria maupun wanita, hanya mengenakan penutup tubuh bagian bawah saja. Seiring waktu, para wanita mulai mengenakan sarung dengan model “berkemban” atau “kemben” yang melilit di dada, serta celana “Gunting Aceh” yang panjangnya sedikit di bawah lutut.
Lalu, perdagangan di Malaka membawa pengaruh budaya asing, terutama dari Tiongkok, India, dan Timur Tengah ke Indonesia. Selain barang dagangan, pengaruh pakaian dari pedagang asing juga mulai terlihat. Setelah mengadopsi Islam, cara berpakaian orang Melayu berubah, dengan penekanan pada kewajiban menutup aurat.
Puncaknya di tahun 1400-an, Sultan Mansur Shah, penguasa keenam Malaka, melarang wanita Melayu memakai sarung atau kain kemben dari bawah dada karena dianggap tidak mencerminkan identitas wanita Muslim. Inilah awal kemunculan baju kurung, di mana tunik mulai lazim digunakan oleh orang Melayu untuk menutupi tubuh mereka.
Tunik, yang dipengaruhi budaya Timur Tengah, mulai diperkenalkan oleh pedagang Islam dan India barat. Awalnya, karakteristik baju kurung itu ketat dan pendek, namun Tun Hassan Temenggong dari Kesultanan Malaka mengubahnya menjadi lebih longgar dan panjang. Baju kurung seperti yang kita kenal saat ini berasal dari masa pemerintahan Sultan Johor, Sultan Abu Bakar, sekitar tahun 1800 di Teluk Belanga, Singapura. Sejak saat itu, baju kurung masih ada hingga kini dan digunakan untuk berbagai macam acara adat yang istimewa, dan salah satunya adalah upacara pernikahan.
Dalam masyarakat Melayu, pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh saja, tapi memiliki makna lain yang lebih bermakna dalam kehidupan sehari-hari, yakni untuk menjaga martabat seseorang dengan menutupi rasa malu, juga sebagai simbol penghormatan terhadap adat istiadat yang berlaku.
Filosofi di balik baju kurung ini diartikan sebagai pelindung diri, ibarat pagar yang menjaga pemakainya dari melakukan hal-hal yang dilarang oleh ajaran agama, mengingatkan mereka untuk selalu merasa malu jika melanggar nilai-nilai agama. Baju kurung juga berfungsi sebagai alat pengendalian diri, yang membantu pemakainya menjaga sikap dan perilaku agar senantiasa baik, sopan, dan tidak melanggar norma yang berlaku dalam masyarakat.
Busana ini juga dianggap sebagai media pengajaran, suatu simbol yang mengingatkan penggunanya untuk menjaga identitas Melayu, mempertahankan tradisi, serta berfungsi untuk menolak segala bentuk bala atau malapetaka. Di saat yang sama, baju kurung diyakini bisa mendatangkan kebaikan dan manfaat. Filosofi ini mengakar kuat pada masyarakat Melayu, yang menjadikan baju kurung bukan hanya sekadar pakaian, melainkan cerminan dari identitas, nilai moral, dan tradisi luhur masyarakat Melayu.
Berikut makna baju kurung yang mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah hidup orang Melayu, khususnya yang berhubungan dengan pakaian dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari:
Salah satu sifat penting dalam masyarakat Melayu adalah rasa malu. Malu ini bukan hanya perasaan negatif, tapi nilai moral yang mendalam. Orang Melayu merasa malu jika berbuat salah, terutama jika itu bertentangan dengan ajaran agama. Rasa malu juga muncul dalam konteks adat, dimana mereka merasa malu jika tidak mengikuti norma dan sopan santun yang ada. Malu karena berbuat tidak senonoh atau melanggar norma agama dan adat menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Orang Melayu diajarkan untuk tahu diri, yaitu memahami diri sendiri dan tujuan hidup sesuai dengan ajaran agama dan tradisi. Konsep ini mengajarkan pentingnya menyadari peran di dunia dan menjalani hidup dengan tanggung jawab kepada Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Dengan memahami tahu diri, diharapkan seseorang bisa hidup bijaksana, selalu ingat posisi dan tanggung jawab sebagai makhluk sosial yang beragama.
Dalam masyarakat Melayu, tunjuk ajar berarti menanamkan nilai-nilai baik yang diwariskan dari generasi ke generasi, baik dari segi agama, budaya, maupun norma sosial. Proses ini penting untuk membentuk perilaku masyarakat dan memastikan bahwa setiap anggota memahami nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua dan pendahulu.
Pada zaman kerajaan Melayu, para pemimpin dan tokoh penting menggunakan simbol-simbol kerajaan seperti mahkota dan hiasan pakaian untuk menunjukkan derajat mereka. Semakin tinggi status sosial, semakin banyak juga simbol yang dikenakan. Baju kurung bukan hanya aksesori, tapi juga mencerminkan kehormatan (marwah) dan keberuntungan (tuah) seseorang dalam masyarakat. Penggunaannya menunjukkan kewibawaan dan tanggung jawab yang harus dijaga.
Meski zaman terus berkembang dan budaya asing terus masuk, pakaian tradisional Melayu tetap mempertahankan bentuk khasnya. Desain seperti baju kurung cekak musang untuk laki-laki dan baju kurung berkekek untuk perempuan tetap menjadi pedoman. Prinsip ini menunjukkan pentingnya menjaga identitas Melayu melalui pakaian. Dengan mempertahankan bentuk dasar ini, pakaian Melayu tidak hanya berfungsi sebagai busana, tapi juga sebagai simbol keberlanjutan budaya Melayu, yang memastikan ciri khas Melayu tetap hidup di masyarakat.
Memakai baju kurung yang sesuai dengan adat tidak hanya menunjukkan rasa hormat terhadap tradisi, tapi juga untuk menolak bala, yang berarti malapetaka atau musibah. Dengan menjaga kesopanan dalam berpakaian, orang Melayu percaya bahwa mereka bisa menghindari perbuatan maksiat dan tindakan buruk, yang melindungi mereka dari bencana di dunia dan siksaan di akhirat.
Pakaian Melayu, seperti baju kurung, diyakini bisa membawa manfaat seperti kedamaian dan kesejahteraan bagi pemakainya. Baju kurung mencerminkan nilai-nilai duniawi dan ukhrawi, yang menciptakan keseimbangan antara kebutuhan fisik dan spiritual. Keseimbangan ini merupakan tujuan hidup yang ideal bagi orang Melayu, yaitu menjadi individu yang seimbang secara lahiriah dan batiniah, serta menjadi manusia utuh secara moral dan spiritual.
Baju kurung untuk laki-laki dan perempuan memiliki desain yang berbeda, meskipun baju kurung umumnya lebih banyak dikenakan oleh perempuan. Masing-masing jenis baju kurung ini dirancang untuk mencerminkan gaya dan fungsi yang sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
Baju kurung perempuan umumnya memiliki panjang yang mencapai di bawah lutut atau sejajar dengan pangkal paha yang akan memberikan kesan anggun dan sopan. Desainnya biasanya sederhana tanpa saku di bagian atas, menjadikannya terlihat lebih feminin dan elegan.
Baju ini sering kali terbuat dari berbagai bahan yang nyaman, seperti sutra, katun, atau bahan lainnya, dan sering dihiasi dengan motif atau sulaman yang menambah keindahan tampilannya. Selain itu, baju kurung perempuan juga sering dipadukan dengan kain sarung atau batik, yang menonjolkan estetika budaya Melayu dalam penampilannya. Berikut adalah berbagai jenis baju kurung yang dikenal dalam budaya Melayu, masing-masing dengan ciri khas dan fungsinya sendiri:
Baju ini dikenal karena potongannya yang lebih longgar dan panjang, yang biasanya dihiasi dengan sulaman yang indah dan detail yang menarik. Desainnya yang santai membuatnya cocok untuk dikenakan dalam kegiatan sehari-hari.
Baju ini memiliki potongan yang khas dan biasanya digunakan dalam upacara adat dan perayaan seperti pernikahan, yang mencerminkan keanggunan dan kemewahan tradisi Melayu. Ciri khas dari baju kurung pesak Riau adalah detailnya yang elegan dan biasanya terbuat dari bahan berkualitas tinggi.
Memiliki desain yang sederhana namun tetap elegan, baju kurung Kedah sering dipilih untuk acara sehari-hari. Ciri khas dari baju ini mencerminkan karakteristik budaya masyarakat Kedah yang menghargai kesederhanaan dan keindahan. Baju ini nyaman dipakai dan cocok untuk berbagai situasi, dari pertemuan santai hingga acara resmi.
Baju ini menonjolkan potongan yang memberikan kebebasan bergerak, sehingga biasanya dipakai dalam situasi yang lebih kasual. Baju pesak enam sering menjadi pilihan bagi mereka yang mencari kenyamanan namun tetap ingin tampil modis, dan ideal untuk kegiatan sehari-hari atau acara santai.
Baju ini dikenal dengan potongan yang unik dan terbuat dari kain bermotif, yang menjadikannya cocok digunakan pada acara formal maupun tidak formal. Dengan desain yang menarik dan penuh warna, baju belah Bintan menciptakan tampilan yang mencolok dan bisa disesuaikan dengan berbagai aksesori untuk menambah kesan glamor.
Jenis baju kurung ini memiliki desain yang longgar, lebih panjang, dan sederhana namun tetap memberikan kesan anggun. Dengan karakteristiknya ini, baju gunting jubbah sering digunakan dalam acara keagamaan atau acara formal, yang menekankan kesopanan dan kehormatan.
Panjangnya yang menjuntai membuat kebaya labuh sering dipadukan dengan kain sarung atau batik, menjadikannya pilihan yang elegan untuk perayaan atau acara penting. Kebaya labuh biasanya dihiasi dengan bordiran atau detail lainnya, yang mencerminkan keindahan dan keanggunan tradisi Melayu dalam busana.
Berbeda dengan kebaya labuh, baju kebaya pendek memiliki tampilan lebih modis dan sering digunakan dalam berbagai acara sosial. Desainnya yang lebih pendek memberikan kesan modern dan dinamis, membuatnya populer di kalangan wanita muda yang ingin menampilkan keindahan dan gaya dalam busana Melayu.
Sementara itu, baju kurung laki-laki memiliki potongan yang lebih pendek dibandingkan baju kurung perempuan. Desainnya biasanya dilengkapi dengan saku di bagian atas atau dua saku di bagian bawah, memberikan fungsi lebih bagi pemakainya. Alas leher baju kurung laki-laki umumnya lebih melebar, yang bisa memberikan kesan lebih kasual untuk tampilannya.
Baju ini sering dikenakan bersama sarung songket, yang merupakan kain tradisional Melayu, sehingga menciptakan tampilan yang lebih formal dan tak lupa untuk menghormati adat. Kombinasi antara baju kurung laki-laki dan sarung songket menciptakan penampilan yang mencerminkan identitas dan nilai-nilai budaya Melayu, cocok untuk berbagai acara, salah satunya adalah upacara pernikahan.
Baju kurung lelaki terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu Baju Teluk Belanga dan Baju Cekak Musang. Pemilihan bahan pakaian dan kelengkapan yang digunakan biasanya tergantung pada kemampuan ekonomi masing-masing pemakai. Hal ini memungkinkan baju Melayu untuk dikenakan oleh berbagai lapisan masyarakat dari berbagai tingkatan sosial dan ekonomi. Selain itu, penutup kepala yang digunakan juga bervariasi, termasuk pilihan seperti songkok, ikat kepala, atau tanjak, yang masing-masing memiliki makna dan fungsi tersendiri dalam budaya Melayu.
Dalam tradisi Melayu, baju kurung bukan hanya sekadar pakaian yang berfungsi sebagai penutup tubuh, tapi juga simbol keanggunan dan identitas budaya yang kaya. Setiap helai baju kurung menggambarkan filosofi hidup masyarakat Melayu secara mendalam, yang mencerminkan nilai-nilai estetika dan tradisi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Melayu. Dengan menggunakan baju kurung adat Melayu pada hari istimewamu, kamu sudah menunjukkan kebanggaanmu sebagai masyarakat Melayu, dan menunjukkan kekayaan nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Itulah ulasan mengenai baju kurung adat Melayu yang ternyata punya filosofi mendalam. Baca juga artikel seputar tips dan inspirasi lainnya di V&Co Jewellery. Dan, jangan lupa untuk melengkapi penampilan kamu dengan koleksi perhiasan yang menawan dari V&Co Jewellery, cek instagram @vncojewellery atau kunjungi toko kami di Melawai Plaza dan Cikini Gold Center, ya.
***
Cover | Foto: Instagram/@pevpearce
Nggak terasa tahun 2024 akan segera usai! Dalam fashion jewellery, perhiasan emas selalu menjadi pilihan…
Cincin bukan sekadar aksesori; ia adalah bahasa tanpa kata yang mampu mengungkapkan cinta, komitmen, dan…
Halo, calon pengantin! Siapa sih yang nggak pengen momen pernikahannya berjalan mulus tanpa hambatan? Buat…
Pernikahan adalah salah satu momen paling berharga dalam hidup, dan persiapannya tentu nggak boleh asal-asalan.…
Kamu mungkin sudah sering mendengar kalau menikah itu adalah salah satu momen terindah dalam hidup.…
Mau acara lamaran yang nggak sekedar tepuk tangan dan tukar cincin? Saatnya bikin momen yang…