pernikahan nadin amizah dan faishal tanjung

Sebenarnya, Fungsi Pernikahan Itu Apa, Sih? Yuk Cari Tahu dari Berbagai Sisi!

Pernah nggak kamu mikir, “Kenapa sih orang harus nikah?” Di tengah segala keribetan nyiapin gedung, katering, undangan, dan seabrek detail lainnya yang kadang bikin kepala cenat-cenut, pertanyaan kayak gini sering kali muncul tiba-tiba—entah pas lagi bengong atau lagi scroll-scroll Instagram liat orang lain resepsi mewah. 

Nah, daripada kamu terus penasaran dan makin overthinking, yuk kita bahas pelan-pelan soal apa aja sebenarnya fungsi pernikahan. Dan tenang aja, kita nggak bakal cuma ngomongin cinta-cintaan atau kisah manis ala drama Korea doang, tapi kita coba ulik dari sisi sosial, hukum, sampai ekonomi. Siapa tahu, dari sini kamu bisa mendapatkan perspektif baru tentang arti pernikahan yang sebenarnya.

Fungsi Sosial: Nggak Cuma Tentang Kamu dan Dia

fungsi pernikahan adalah
Foto: Kita Punya Ceritera via Instagram/cakecaine

Kalau bicara tentang fungsi pernikahan, satu hal yang sering terlupakan padahal sangat penting adalah perannya dalam aspek sosial. Soalnya, nikah itu nggak cuma soal dua orang yang saling jatuh cinta terus hidup happily ever after—meskipun itu juga bagian yang menyenangkan, sih. Tapi di balik semua itu, pernikahan itu momen besar di mana dua keluarga disatukan. Kadang, malah lebih dari itu—dua budaya, dua kebiasaan, dua cara hidup yang sama sekali beda bisa dipertemukan dalam satu rumah. 

Jadi, pernikahan juga jadi semacam jembatan sosial yang memperluas lingkaran hidup kita. Pas kamu dan pasangan resmi menikah, kalian otomatis jadi satu unit di mata masyarakat. Ada status baru yang nempel. Kamu bukan cuma “aku” lagi, tapi udah jadi bagian dari “kami”. Dan ini nggak cuma sekadar perubahan status di KTP, tapi juga cara orang lain melihat kamu, dan cara kamu menempatkan diri di lingkungan sekitar.

Banyak budaya juga menganggap pernikahan sebagai simbol kedewasaan. Kayak ada semacam stempel tak terlihat yang bilang, “Oke, kamu udah lulus jadi dewasa.” Bukan berarti yang belum nikah nggak dewasa, tapi menikah sering dianggap sebagai salah satu langkah penting buat menunjukkan kesiapan kita jadi bagian dari sistem sosial yang lebih besar—alias punya keluarga, punya tanggung jawab baru, dan ikut andil dalam masyarakat. Dan satu hal lagi yang nggak kalah penting: rasa memiliki. 

Di pernikahan, kamu dan pasangan saling berjanji untuk ada di sana—baik dalam kondisi yang enak maupun saat dunia kayaknya lagi nggak ramah. Dari sinilah tumbuh rasa aman, kepercayaan, dan kebersamaan yang menjadi pondasi kokoh, bukan hanya untuk kalian berdua, tetapi juga untuk anak-anak serta keluarga besar yang akan terbentuk kelak.

Makanya, fungsi pernikahan itu bisa dibilang kayak benang penghubung antar bagian masyarakat. Ikatan-ikatan baru terbentuk, dan struktur sosial pun jadi lebih kuat. Jadi, kalau kamu ngeliat pernikahan cuma sebagai seremoni atau acara makan-makan, coba deh lihat lagi dari sudut pandang ini—lebih luas dan punya makna yang dalam.

Fungsi Legal: Nggak Cuma Soal Status, Tapi Hak dan Tanggung Jawab

mahar pernikahan nadin dan faishal
Foto: Kita Punya Ceritera via Instagram/cakecaine

Nah, bagian ini sering kali kelewat karena orang lebih sibuk mikirin dekorasi dan foto prewed. Padahal, fungsi legal dalam pernikahan itu penting banget, lho. Nikah tuh bukan cuma urusan hati, tapi juga urusan hukum. Begitu kamu sah secara hukum, otomatis ada hak dan kewajiban yang ikut muncul. Misalnya, kamu dan pasangan jadi bisa mengambil keputusan medis satu sama lain kalau salah satu nggak mampu. Hal-hal seperti warisan, pajak, sampai urusan administratif lainnya pun jadi lebih mudah diurus saat kamu sudah menikah.
Secara hukum, status sebagai pasangan suami-istri memberikan perlindungan yang cukup kuat — dan sering kali inilah alasan praktis kenapa pernikahan dianggap sebagai langkah yang masuk akal.
 Tapi ya tentu aja, hak datang sepaket sama tanggung jawab. Menikah artinya kamu dan pasangan punya kewajiban buat saling jaga—nggak cuma secara emosional, tapi juga finansial. Kamu nggak bisa lagi mikir “uangku-urusanmu” karena sekarang semua itu udah jadi bagian dari kehidupan bersama. Dan kalau kamu mangkir dari tanggung jawab ini, bisa ada konsekuensi hukum juga.

Kalau dilihat dari sisi hukum, fungsi pernikahan itu sebenernya bisa jadi semacam pelindung. Ibaratnya kayak jaring pengaman. Di satu sisi kamu dapet hak-hak tertentu yang bikin posisi kamu lebih aman secara legal, tapi di sisi lain, kamu juga punya kewajiban yang nggak bisa diabaikan. Jadi ya, pernikahan itu nggak cuma soal janji manis pas resepsi atau status di media sosial, tapi komitmen nyata yang diakui negara—dan, kalau dilanggar, bisa ada konsekuensinya juga. Serius tapi penting.

Fungsi Ekonomi: Dua Kepala, Satu Visi Keuangan

Frame Mahar uang rupiah
Foto: Mahar by Rose Arbor

Nah, sekarang masuk ke bagian yang cukup realistis: uang. Walaupun romantisme tetap penting, nggak bisa dipungkiri kalau ekonomi juga jadi salah satu alasan kuat kenapa banyak orang akhirnya memutuskan buat nikah. Karena, ya, hidup berdua itu—kalau dikelola dengan baik—bisa jauh lebih efisien dibanding hidup sendiri-sendiri. 

Bayangin aja, dua sumber penghasilan (atau setidaknya satu yang stabil) digabung dalam satu rumah tangga. Dari tagihan listrik sampai cicilan rumah, semua bisa dibagi dua. Dan efeknya, pengeluaran per individu bisa lebih ringan. Kamu jadi bisa nabung bareng, investasi bareng, atau bahkan bangun usaha kecil-kecilan bareng. 

Apalagi kalau kalian punya tujuan finansial jangka panjang. Kayak mau beli rumah, nyiapin dana pendidikan anak, atau pensiun dini—itu semua lebih mungkin tercapai kalau ada dua orang yang saling mendukung secara ekonomi. Belum lagi, dalam sistem perpajakan dan jaminan sosial, pasangan menikah sering dikasih benefit lebih besar daripada individu single. 

Intinya, fungsi pernikahan bisa jadi kemitraan ekonomi yang solid, asal dari awal udah transparan dan kompak soal keuangan. Tapi ya, tetap ingat, uang bukanlah segalanya. Tanpa komunikasi dan kepercayaan, urusan duit justru bisa jadi pemicu masalah.

Fungsi Psikologis: Tempat Pulang yang Nggak Cuma Fisik

resepsi pernikahan nadin amizah dan faishal tanjung
Foto via Instagram/cakecaine

Kalau dipikir-pikir, salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar itu ya soal rasa aman—secara emosional. Dan ini yang kadang luput dilihat orang waktu ngomongin pernikahan. Karena, jujur aja, di balik semua urusan teknis kayak catering dan undangan, ada fungsi yang lebih dalam: psikologis. Pernikahan itu, kalau dijalani dengan sehat, bisa jadi tempat pulang yang sebenarnya. Bukan cuma rumah secara fisik, tapi ruang batin yang bikin kamu ngerasa cukup. Ruang di mana kamu bebas jadi diri sendiri tanpa khawatir dihakimi orang lain. Tempat kamu bisa nangis sejadi-jadinya atau tertawa sekeras-kerasnya, dan tetap diterima.

Nah, dukungan emosional ini penting banget. Bayangin deh, kamu lagi capek banget habis kerja, terus ada seseorang di rumah yang nyambut kamu dengan pelukan hangat—nggak banyak omong, tapi dia ngerti. Saat kamu lagi kehilangan rasa percaya diri, dia yang selalu mengingatkan bahwa kamu sudah cukup dan kamu mampu. Ini bukan sekadar tentang cinta, tapi juga tentang saling menjadi saksi dan sistem pendukung dalam hidup satu sama lain.

Dan lucunya, dari sini tumbuh yang namanya personal growth. Karena kita hidup bareng seseorang, mau nggak mau kita belajar adaptasi. Belajar sabar, belajar dengerin, belajar untuk nggak egois terus. Pasangan sering jadi seperti cermin—menunjukkan sisi-sisi diri kita yang mungkin tidak kita sadari sebelumnya. Kadang nyebelin, iya. Tapi justru dari gesekan-gesekan kecil itu kita berkembang. Jadi lebih dewasa, lebih manusiawi. 

Pernikahan yang sehat bukan berarti selalu dipenuhi tawa dan pelukan semata. Tapi yang isinya ruang buat marah, sedih, kecewa, tapi tetap memilih untuk bertahan dan ngobrolin semuanya sampai tuntas. Nah, itu dia fungsi pernikahan, ketika dua orang bisa tumbuh bareng, itu tuh priceless.

Fungsi Biologis: Tentang Melanjutkan Kehidupan, Tapi Lebih dari Itu

resepsi pernikahan nadin amizah dan faishal tanjung
Foto via Instagram/cakecaine

Ngomongin soal fungsi pernikahan, pasti banyak yang langsung nyambung ke soal anak. Dan emang, secara biologis, salah satu fungsi dasar pernikahan ya memang untuk reproduksi. Tapi tentu aja, ini bukan cuma urusan punya bayi doang. Ada lapisan yang lebih dalam dari itu. 

Waktu dua orang mutusin untuk punya anak dalam ikatan pernikahan, sebenarnya mereka juga lagi menciptakan struktur yang stabil buat tumbuh kembang si kecil. Bukan cuma soal ada ayah dan ibu, tapi tentang bagaimana dua orang ini siap untuk jadi tim. Untuk nyiapin rumah yang penuh kasih, disiplin, pendidikan, dan—nggak kalah penting—kehadiran. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang stabil cenderung punya peluang lebih besar untuk berkembang secara optimal. Dan stabilitas ini bukan datang dari duit doang, tapi dari suasana rumah yang sehat—nggak ada teriakan tiap hari, nggak ada ancaman ditinggalin, tapi ada ruang buat belajar dan gagal.

Nah, ini bagian yang sering dianggap tabu buat dibahas, padahal penting banget. Pasangan yang sudah menikah umumnya punya akses lebih mudah ke berbagai layanan kesehatan terkait kehamilan, persalinan, dan perencanaan keluarga. Nggak cuma soal klinik atau rumah sakit aja, tapi juga edukasi dan pendampingan dari tenaga kesehatan yang udah paham konteksnya. Ini jadi krusial banget supaya proses kehamilan berjalan aman, sehat, dan minim risiko—buat si ibu, juga buat bayinya. Hal kayak gini kadang nggak kelihatan dari luar, tapi dampaknya luar biasa besar. 

Dan ya, kalau dilihat dari sisi biologis banget, kita juga lagi bicara soal warisan genetik. Lewat anak, kita mewariskan sebagian diri kita—entah itu bentuk wajah, tawa, atau mungkin cara ngomong yang ajaib itu. Tapi lebih dari sekadar gen, kita juga menurunkan nilai, pola pikir, kebiasaan. Kita, secara sadar atau nggak, sedang membentuk manusia baru. Dan itu tanggung jawab yang besar banget.

Fungsi Spiritual: Lebih dari Sekadar Dua Nama di Buku Nikah

resepsi pernikahan nadin amizah dan faishal tanjung
Foto via Instagram/cakecaine

Buat banyak orang, fungsi pernikahan itu bukan sekadar kontrak sosial atau legal. Tapi juga ikatan spiritual. Ada dimensi yang lebih dalam, yang nggak bisa dijelasin cuma pakai logika. Karena menikah, buat sebagian besar tradisi dan agama, adalah ibadah. Jalan suci. Komitmen yang bukan cuma kepada pasangan, tapi juga kepada Tuhan. 

Ada satu momen yang selalu bikin merinding: waktu dua orang berdiri berdampingan di hadapan penghulu, atau di depan altar, atau siapa pun yang dipercaya untuk mengesahkan ikatan itu secara spiritual. Bukan cuma soal sah di mata hukum atau resmi di depan keluarga—tapi lebih ke rasa bahwa hidup mereka sekarang udah terhubung dalam konteks yang lebih besar. Nggak lagi cuma “aku dan kamu”, tapi ada misi bareng, nilai bareng, tujuan bareng. 

Dan menariknya, makin lama hidup bareng, makin banyak pasangan yang merasa jadi lebih dekat sama nilai-nilai kepercayaannya. Dari pasangan, mereka belajar sabar, belajar ngerem ego, belajar ngasih cinta yang nggak selalu harus dibalas. Belajar ngalah. Pelan-pelan, semua itu jadi semacam latihan spiritual harian yang nggak selalu disadari tapi berdampak besar banget dalam membentuk karakter.

Selain itu, lewat pernikahan juga ada proses membangun keluarga yang punya fondasi nilai. Nilai yang nggak cuma soal benar dan salah, tapi juga tentang integritas, rasa syukur, doa-doa malam hari, atau cara bersikap ke orang lain. Hal ini juga bisa menjadi bekal berharga untuk kehidupan anak-anak mereka kelak.

Yang paling indah mungkin adalah ketika dua orang jalan bareng dalam perjalanan spiritual mereka. Saling dukung pas iman lagi naik, atau saling tarik ketika yang satu mulai jauh. Dan itu nggak selalu mulus. Namun, justru karena jalannya tidak selalu mulus, maknanya jadi terasa lebih dalam.

Jadi, Sebenernya Nikah Buat Apa?

resepsi pernikahan nadin amizah dan faishal tanjung
Foto via Instagram/cakecaine

Setelah ngobrolin panjang lebar dari berbagai sisi fungsi pernikahan—sosial, legal, ekonomi, psikologis, biologis, sampai spiritual—mungkin kamu jadi mikir ulang, ya, soal makna pernikahan. Ternyata, pernikahan bukan hanya tentang cinta, pesta, atau status semata. Tapi soal komitmen yang kompleks, yang mencakup hampir semua aspek kehidupan manusia. Pernikahan ngajarin kita soal banyak hal. Tentang berbagi. Tentang sabar. Tentang menahan ego. Tentang komunikasi. Dan juga tentang tetap ada, meski kadang nggak ada jawaban pasti. Kadang capek, kadang bahagia banget. Tapi semuanya bagian dari proses tumbuh bareng.

Apakah pernikahan itu buat semua orang? Nggak juga. Tapi buat kamu yang memutuskan untuk menjalaninya, semoga kamu bisa melihat bahwa ini bukan cuma lembar baru, tapi juga perjalanan panjang yang penuh tantangan dan keindahan. Jadi kalau ada yang nanya, “Sebenarnya fungsi pernikahan itu apa sih?” Jawabannya: tergantung siapa yang ngejalanin. Tapi satu hal yang pasti, pernikahan bukan tujuan akhir, tapi adalah awal dari petualangan dua jiwa yang mau tumbuh bareng, jatuh bangun bareng, dan—kalau beruntung—tua bareng sambil genggam tangan.

Well, itulah dia penjelasan tentang fungsi pernikahan ditinjau dari berbagai aspek. Buat kamu yang mau tahu insight atau tips menarik lainnya seputar pernikahan dan dunia perhiasan, jangan ragu buat cek artikel V&Co Jewellery lainnya ya. Semoga bermanfaat!

***

Cover | Foto: Kita Punya Ceritera via Instagram/cakecaine

Scroll to Top