siraman adat sunda

Susunan Acara Siraman Adat Sunda dan Filosofinya

Pernikahan menjadi salah satu prosesi sakral di mana kedua calon mempelai saling mengikat janji untuk saling mencintai sehidup semati. Setiap prosesi pernikahan sendiri pun memiliki filosofi yang berisi banyak doa untuk pasangan pengantin baru. Salah satunya adalah prosesi siraman adat Sunda yang memiliki makna mendalam. Berikut kami jabarkan tahapan dan makna di balik siraman adat Sunda.

Apa Itu Siraman Adat Sunda

Tradisi siraman adat Sunda
Foto via Siraman Wirangga

Siraman adalah salah satu bagian dari keseluruhan prosesi pernikahan adat Sunda. Prosesi ini berlangsung 3 hingga 7 hari sebelum acara pernikahan. Biasanya berlangsung pada siang hari di rumah calon mempelai wanita.

Tujuan acara siraman adat Sunda adalah untuk membersihkan diri calon pengantin secara jasmani dan rohani dari hal-hal negatif yang dapat mengganggu kelancaran proses ijab kabul dan pernikahan. Selain itu, prosesi siraman ini menyimbolkan penyucian diri di mana calon pengantin akan memulai rumah tangga dalam keadaan bersih dan suci.

Prosesi siraman adat Sunda terdiri dari serangkaian acara, yang mana kedua mempelai calon pengantin harus mengikutinya secara runut karena setiap prosesinya mengandung makna dan doa mendalam. Adapun dalam urutan pelaksanaan maupun istilah yang digunakan, terdapat perbedaan antara siraman adat Sunda dan siraman adat Jawa.

Berikut susunan acara siraman dalam adat Sunda:

  • Ngecagkeun aisan (melepaskan gendongan)

adat sunda siraman Ngecagkeun aisan
Foto: Jarcom Photography

Acara pertama dari prosesi siraman adat Sunda adalah calon pengantin yang ‘diais’ atau ‘digendong’ oleh sang ibu secara simbolis dari kamarnya menuju ke tempat sungkeman. Sementara sang ayah berjalan di depan keduanya sambil membawa lilin.

Setelah sampai di tempat sungkeman, sang ayah akan ngecagkeun aisan atau melepaskan gendongan calon pengantin dari sang ibu. Prosesi ini melambangkan bahwa kedua orangtua yang selama ini bertanggung jawab terhadap sang anak dan seorang ayah yang merupakan penerang keluarga, akan menyudahinya dan menyerahkan tanggung jawab kepada calon pengantin pria.

  • Meleum palika

meleum palika adat sunda
Foto via Carlita Wedding Planner

Prosesi dilanjutkan dengan meleum palika, yaitu menyalakan cincin sebanyak 7 buah yang melambangkan pelita atau penerangan. Jumlah ini juga bermakna sebagai rukun iman dalam Islam, serta jumlah hari dalam satu minggu.

  • Dipangkon

siraman sunda dipangkon
Dipangkon | Foto via instagram/siraman_pengantin

Acara selanjutnya adalah dipangkon atau prosesi di mana calon pengantin duduk di pangkuan kedua orang tuanya. Prosesi ini menyimbolkan bahwa kasih sayang orang tua kepada anaknya tidak terbatas.

  • Sungkeman dan ngaras 

sungkeman adat sunda
Sungkeman | Foto via Siraman Wirangga

Setelah dipangkon, calon mempelai akan berlutut dan melakukan sungkeman ke kedua orang tuanya. Acara ini biasanya berisi ucapan isi hati sang anak seperti ucapan terima kasih dan permohonan doa restu kepada orang tuanya. Kedua orang tua juga akan memberikan nasihat dan petuah untuk membangun rumah tangga yang langgeng dan harmonis.

ngaras adat sunda
Ngaras | Foto via Siraman Wirangga

Sungkeman dilanjutkan dengan ngaras atau membasuh kaki kedua orang tuanya. Hal ini menyimbolkan bahwa sang anak akan selalu berbakti kepada orang tuanya. Setelah itu, calon pengantin akan menyemprotkan minyak wangi yang melambangkan bahwa sang anak akan selalu membawa nama baik keluarga di manapun mereka berada.

  • Pencampuran air siraman

air siraman pengantin
Foto: Fotoku.id Photography via Arvieta MakeUp

Acara pun berlanjut dengan pencampuran air siraman oleh kedua orang tua calon pengantin. Air siraman dicampurkan dengan 7 jenis bunga yang memiliki wangi atau dikenal dengan istilah ‘kembang setaman’. Air dan bunga tersebut bercampur di dalam sejenis kendi yang disebut dengan bokor.

kembang setaman untuk siraman
Kembang setaman | Foto: Division Photography via Siraman Pengantin

Ada 3 jenis bunga utama yang harus ada dalam prosesi siraman ini, yaitu mawar, melati, dan kenanga. Bunga mawar melambangkan bahwa calon pengantin akan senantiasa jujur, sedangkan melati memiliki harapan agar calon pengantin bisa mengharumkan nama keluarga dan disenangi banyak orang. Sementara bunga kenanga memiliki harapan agar calon pengantin dapat membawa keteduhan hati dan kedamaian bagi orang di sekitarnya. 

  • Ngibakan atau siraman

tata cara siraman adat sunda
Foto via Siraman Wirangga

Puncak prosesi siraman adat Sunda adalah di mana keluarga harus menyiapkan 2 kain sarung, 2 selendang batik, 1 handuk, baju melati, kebaya, bandana melati, lilin, dan payung besar.

Dalam prosesi ini, kedua orang tua akan menuntun calon pengantin menuju tempat siraman, lantunan musik suling dan kecapi mengiringinya. Selanjutnya calon pengantin harus menginjak 7 kain yang terbentang dari lokasi sungkeman ke tempat siraman. Prosesi ini berisi harapan agar calon pengantin selalu memperoleh anugerah kesehatan, ketakwaan, ketabahan, dan pendirian yang kuat.

Seperti halnya siraman adat Jawa, pada acara siraman adat Sunda juga melibatkan penyiram yang berjumlah ganjil. Yang melakukan siraman biasanya berjumlah  7, 9, hingga 11 orang paling banyak, yang merupakan keluarga dan kerabat dekat calon pengantin.

Mengawali prosesi siraman, sang ibu akan mengguyur air siraman kepada calon pengantin. Kemudian giliran sang ayah, lalu ke keluarga lainnya yang sudah menikah dan memiliki rumah tangga yang harmonis untuk memandikan calon pengantin.

Acara siraman ini berakhir dengan sang ayah yang menuangkan air untuk berwudhu kepada sang anak, yang menyimbolkan bahwa di manapun dan dalam kondisi apapun sang anak berada, ia tidak boleh meninggalkan ibadah.

  • Potong rambut dan ngeningan

Acara selanjutnya adalah prosesi potong rambut yang menyimbolkan calon pengantin mempercantik diri secara lahir dan batin. Nantinya, potongan rambut wanita dan pria akan diikat menjadi satu dan dikubur di pekarangan rumah calon pengantin wanita, yang melambangkan bahwa semua hal buruk dan masa lalu yang kurang baik akan dibuang agar mendapatkan kebaikan di masa depan dalam membangun rumah tangga.

Acara berlanjut dengan prosesi ngeningan atau pencukuran rambut-rambut halus di area kening dan pelipis calon pengantin wanita. Prosesi ini dilakukan oleh perias yang dilanjutkan dengan membentuk sinom atau amis cau, godeg, dan kembang turi.

  • Dulangan pungkasan

dulangan pungkasan
Dulangan pungkasan | Foto: Imagenic

Dulangan adalah suapan, dan pungkasan adalah terakhir. Jadi pada prosesi ini, kedua orang tua calon mempelai akan memotong tumpeng dan menyuapi sebanyak 3 kali. Acara ini menyimbolkan prosesi orang tua yang melepaskan sang anak untuk membangun keluarganya sendiri dan hidup mandiri.

  • Rebutan parawanten

Rebutan parawanten adat sunda
Rebutan parawanten | Foto via Sanggar Liza

Acara terakhir dari siraman adat Sunda adalah rebutan parawanten. Prosesi ini dilakukan dengan seluruh tamu undangan yang berebut beubeutian, yaitu tumbuhan yang berbuah di dalam tanah, seperti ubi, kacang-kacangan, singkong, talas, hingga jagung yang sudah direbus.

Terdapat juga hahampangan atau sesuatu yang ringan seperti keripik, kerupuk, rengginang, dan lain-lain. Prosesi ini berisi harapan agar calon pengantin lancar rezekinya, segera memperoleh momongan, dan mampu menyelesaikan berbagai masalah rumah tangga.

Dalam prosesi ini, tamu undangan yang belum menikah juga akan diberikan air siraman.  Di mana menurut kepercayaan,  akan memberikan kemudahan dalam mencari jodoh.

Itu dia pembahasan lengkap mengenai susunan acara siraman adat Sunda beserta filosofi dan maknanya. Melangsungkan pernikahan sesuai adat tidak hanya untuk keindahannya saja, namun juga untuk mendapatkan semua doa baik yang ada dalam setiap prosesinya. Jadi, apakah kamu dan pasangan menjadi lebih tertarik untuk melangsungkan prosesi pernikahan dengan adat Sunda?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *