pernikahan ibrahim dan salsa adat minang

Biaya Pernikahan Tanggung Jawab Siapa?

Wah, ini nih salah satu pertanyaan yang sering jadi perbincangan antara calon pengantin dan keluarga dari kedua belah pihak. Siapa sih yang seharusnya menanggung biaya pernikahan? Apakah cukup ditanggung berdua oleh calon pengantin saja, atau harus dibagi dengan orang tua masing-masing? Atau malah sepenuhnya ditanggung salah satu pihak aja?

Perdebatan soal tanggung jawab biaya nikah ini kayaknya nggak ada habisnya deh. Bahkan di antara teman-teman kantor aja, kalo lagi ngerumpi soal ini pasti bakal adu argumen yang nggak ada putusnya. Masing-masing punya pendapat dan alasan sendiri-sendiri. Nah, di artikel kali ini, kami nggak akan memihak ke salah satu kubu aja. Tapi kami akan mencoba membahas topik ini dari berbagai sudut pandang yang ada, secara objektif. Siapa tahu nanti kamu bisa memutuskan sendiri mana yang paling masuk akal untuk diterapkan saat kamu menikah nanti.

Jadi bersiap-siaplah untuk menimbang berbagai pertimbangan dari sisi adat, budaya, kondisi finansial, hingga tren modern saat ini. Dengan begitu, kamu nggak akan kebingungan lagi dalam menentukan tanggung jawab biaya pernikahan yang paling sesuai untukmu dan pasangan. Oke, let’s go!

Tradisi dan Budaya Terkait Biaya Pernikahan

seserahan untuk pernikahan
Foto via Seserahan Indonesia

Sebelum kita membahas lebih jauh, ada baiknya kita liat dulu tradisi dan budaya yang berlaku di masyarakat kita terkait siapa yang menanggung biaya pernikahan. Soalnya, hal ini kerap kali jadi pedoman buat banyak orang dalam mengambil keputusan.

Di Indonesia sendiri, budaya yang umum berlaku adalah pihak laki-laki atau calon mempelai pria yang menanggung hampir semua biaya acara pernikahan. Mulai dari mas kawin, uang belanja, sampai biaya resepsi dan lain-lain. Nah, tradisi ini kemungkinan besar diadopsi dari budaya patriarki yang sudah mengakar kuat di masyarakat kita. Di mana laki-laki dianggap sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk menafkahi istri dan keluarga.

Di sisi lain, budaya Barat atau negara-negara maju cenderung lebih modern dan nggak terlalu peduli dengan gender roles seperti itu. Justru yang umum terjadi adalah biaya pernikahan ditanggung bersama oleh kedua mempelai. Nah, dua budaya yang bertolak belakang ini tentu bakal jadi pertimbangan saat kamu menentukan pembagian tanggung jawab biaya pernikahanmu nanti. Tergantung mau kamu ikutin tradisi yang mana atau malah mengambil jalur tengah dengan konsep yang lebih modern.

Pembagian Biaya Pernikahan Modern  

biaya seserahan nikah
Foto: Rose Arbor Seserahan

Pembagian 50:50

Nah, kalau kamu masih bingung mau mengambil pola pembagian biaya nikah yang mana, ada satu opsi populer lho di kalangan anak muda zaman sekarang: pembagian 50:50! Iya, maksudnya biaya pernikahan ditanggung bersama-sama oleh kedua mempelai dengan porsi yang sama rata, 50% dari pihak cewek dan 50% dari pihak cowok. Gampang kan mengaturnya? Nggak perlu mikir rumus pembagian yang ribet.

Konsep 50:50 ini sebenarnya cukup mencerminkan semangat kesetaraan dan kemitraan yang kian mengemuka di era milenial seperti sekarang. Nggak ada lagi yang namanya “pihak laki-laki harus tanggung jawab semuanya” atau semacamnya. Kedua belah pihak sama-sama punya tanggung jawab yang setara dalam mempersiapkan hari bahagia mereka nanti. Secara nggak langsung, hal ini juga bisa memupuk rasa saling menghargai dan rasa kepemilikan yang sama kuat dari keduanya terhadap upacara pernikahan yang digelar.

Jadi begini bayangannya, kamu dan pasangan masing-masing menyisihkan uang sama banyak untuk biaya pernikahan. Terus kalian patungan dan mengumpulkan duit itu menjadi satu untuk kemudian digunakan bersama-sama dalam merancang dan mengeksekusi pesta pernikahan impian kalian.

Dengan cara ini, kalian berdua nggak perlu saling mengalah atau ngerasa dieksploitasi secara finansial. Semua tertata dengan rapi karena pembagian tanggung jawabnya 50:50, simple dan adil buat kedua belah pihak! Nah, gimana? Tertarik mencoba konsep patungan merata ala anak muda zaman now ini? Buat kamu yang menginginkan hubungan yang setara dan bermitra, kayaknya ini bisa jadi solusi pembagian biaya nikah yang paling masuk akal!

Pria Tanggung Biaya Utama

pengajian jelang pernikahan ibrahi dan salsa
Fotografi: Morden

Kalau kamu termasuk orang yang masih cukup tradisional dan nggak terlalu suka konsep-konsep baru, mungkin opsi ini akan lebih kamu sukai. Yap, di mana pihak pria lah yang harus menanggung beban biaya pernikahan paling besar! Tradisi ini masih berlaku kuat di banyak daerah di Indonesia. Alasannya ya kembali lagi ke paham patriarki yang sudah mengakar, di mana laki-laki dianggap sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab penuh atas kehidupan rumah tangga termasuk biaya pernikahan. 

Nah, meski begitu bukan berarti pihak wanita sama sekali nggak ikut ambil bagian dalam pendanaan acara nikah ya. Pada umumnya, keluarga pihak wanita akan tetap membantu semampunya untuk meringankan beban si calon mempelai pria. Misalnya dengan menyediakan seperangkat alat-alat rumah tangga seperti perlengkapan dapur, kasur, lemari dan lain sebagainya. Atau membantu membayar untuk keperluan rias, busana, dan dekorasi. Jadi tetap ada pembagian tanggung jawab meski nggak 50:50.

Yang pasti, tanggung jawab terbesar untuk biaya-biaya pokok seperti gedung, katering, dokumentasi, hiburan, cincin kawin dan lain sebagainya akan jatuh di pundak pihak pria. Dirinya lah yang akan menanggung porsi terbesar dari total biaya keseluruhan nanti. Konsep ini mungkin terdengar sedikit patriarki dan ketinggalan zaman di telinga anak-anak milenial modern. Tapi buat kamu yang masih kuat dengan nilai-nilai tradisi, menerapkan pola ini dalam pembagian biaya nikah mungkin bisa jadi pilihan yang masuk akal. Toh pada akhirnya, yang penting adalah keputusan diambil atas kesepakatan bersama antara kamu dan pasangan. Selama dirasa adil dan nggak memberatkan salah satu pihak, pola bagi biaya apa pun akan terasa pas dan nggak jadi masalah!

Sesuai Kesepakatan Bersama

pernikahan ibrahim dan salsa adat minang
Fotografi: Morden

Nah, dari semua opsi pembagian biaya nikah yang udah kami bahas di atas, sepertinya kamu mulai bisa melihat satu benang merah yang mengikat semuanya. Yaitu, nggak ada aturan baku yang mengikat siapa yang harus bertanggung jawab atas biaya pernikahan!

Pada akhirnya, semuanya tergantung pada kesepakatan bersama antara kamu dan pasangan calon. Kalian berdua yang paling tahu kondisi masing-masing pihak seperti apa. Apakah keadaan finansial memungkinkan untuk patungan 50:50, atau mungkin salah satu pihak harus menanggung lebih banyak. Bisa juga kalian memutuskan untuk mengikuti tradisi yang berlaku di daerah atau suku masing-masing. Atau malah memilih jalur modern dengan pola pembagian yang unik dan belum pernah terpikirkan sebelumnya!

Pokoknya, yang terpenting adalah kamu dan pasangan bisa duduk bersama dari jauh-jauh hari untuk membahas masalah ini. Jangan sampai nunggu mendekati hari H baru kalian kepikiran soal biaya pernikahan. Bisa-bisa malah jadi rebutan dan gesekan yang nggak diinginkan. Dengan membahas dari awal, kalian bisa menimbang berbagai opsi dan mencari solusi yang paling masuk akal dan nggak memberatkan salah satu pihak. Siapa tahu malah muncul ide-ide kreatif untuk menghemat biaya di sana-sini.

Intinya sih, jangan sampai budaya atau tradisi yang berlaku di masyarakat membuatmu merasa terpaksa untuk mengikutinya dalam pembagian biaya nikah. Yang namanya hubungan itu harusnya dilandasi dengan komunikasi dan kesepakatan yang matang dari kedua belah pihak. Selama keputusannya adil dan nggak merugikan siapa pun, pola pembagian biaya apa pun yang kalian sepakati pasti akan terasa pas dan bisa dijalankan dengan lapang dada. No problem, kan?

Nah…

resepsi pernikahan adat minang ibrahim dan salsa
Fotografi: Morden

Itu tadi beberapa opsi yang bisa kamu pertimbangkan soal pembagian biaya pernikahan antara kamu dan pasangan. Biar nggak bingung, coba kami rangkum lagi poin-poinnya ya:

  1. Ikuti tradisi di mana pihak pria menanggung biaya utama
  2. Patungan 50:50 ala anak muda zaman now 
  3. Pembagian sesuai kesepakatan dan kondisi masing-masing pihak

Nah, dari ketiga opsi itu, mana yang bakal kamu pilih? Atau mungkin kamu malah punya ide pembagian biaya pernikahan yang unik sendiri? Terserah sih mau pilih yang mana, yang penting jangan sampai jadi rebutan sama pasangan nanti! Makanya dari sekarang, mulai lah komunikasi dan diskusi dengan kepala dingin. Jangan sampai masalah seperti ini berujung pada pertengkaran yang nggak perlu. Toh nggak ada yang benar atau salah, semuanya relatif tergantung keadaan kalian berdua.

Pokoknya yang paling penting adalah kamu dan pasangan sama-sama merasa puas dan nggak ada yang dirugikan dengan pola pembagian yang kalian putuskan nanti. Dengan begitu, kalian bisa fokus menyiapkan hari bahagia dengan tenang tanpa ada masalah yang mengganggu.

Nah, gimana? Siap untuk mendiskusikan masalah ini bareng calon terkasih? Semoga nanti kalian bisa menemukan solusi terbaik supaya nggak ada yang tersisih atau keberatan dalam soal biaya pernikahan ya! Suksesss!