Cincin Pernikahan di Jari Mana

Cincin Pernikahan di Jari Mana? Ini Penjelasannya

Cincin pernikahan sebenarnya merupakan tradisi dari zaman romawi kuno. Banyak pertanyaan seputar cincin pernikahan salah satunya posisi cincin pernikahan di jari yang mana? Ternyata ada banyak penjelasan dari sejarah cincin pernikahan termasuk posisinya.

Apakah Cincin pernikahan Sebaiknya di Jari Kanan Atau Kiri?

Sekarang pertanyaan cincin pernikahan di jari mana tak hanya soal jenis jarinya saja. Tetapi juga dengan posisinya. Apakah di sebelah kiri atau sebelah kanan. Ternyata hal ini sebaiknya tak perlu diperdebatkan karena setiap negara dan agama punya tradisinya masing-masing. Untuk jari sebelah kanan ternyata dimulai dari orang Romawi kuno. Orang Romawi percaya bahwa tangan kiri adalah tangan yang tidak dapat diandalkan sehingga tidak bisa mendatangkan kebahagiaan. Maka, mereka pun mengenakan cincin pernikahan di sebelah kanan.

Begitu pula dengan kepercayaan orang India. Mereka hanya memakai cincin di tangan kanan karena bagian tangan kiri kerap dianggap tidak suci.  Meski sekarang sudah banyak orang India yang memakai cincin pernikahan di sebelah kiri tetapi sebagian besar masih percaya di sebelah kanan. Sementara di Belanda dan Jerman, rata-rata cincin pernikahan diletakkan di sebelah kanan. Untuk yang masih bertunangan akan memakainya di tangan kiri. Pemakaian kedua cincin ini sengaja dibedakan untuk memberikan tanda mengenai perubahan status seseorang.

Berbeda lagi dengan tradisi Yahudi. Jika seseorang bertunangan, maka cincin akan diletakkan di jari telunjuk sebelah kanan. Setelah menikah, perempuan akan memakainya di jari manis sebelah kanan. Hal ini tentu akan membedakan antara perempuan yang sudah menikah atau belum. Ada sederet negara di dunia yang mengenakan cincin pernikahan di tangan kanan. Misalnya Norewegia, Austria, Denmark, Polandia, Rusia, Bulgaria, Spanyol, Portugal, Serbia, Georgia, Yunani, Hungaria. Ukraina, Latvia, Kuba, Kolombia, Peru, Venezuela dan sebagian wilayah Belgia.

Di Indonesia sendiri sebagian orang juga mengenakan cincin pernikahan pada jari manis bagian kanan. Sementara untuk yang bertunangan di sebelah kiri. Nah, tapi ada pula sebagian yang memakainya di sebelah kiri. Tradisi ini ternyata cukup baru dikenal banyak orang. Pada awal abad ke-18, baru ada beberapa wilayah yang memakai tradisi cincin kawin di sebelah kiri. Sebelumnya, cincin kawin sendiri dipakai pada bagian sebelah kanan. Kira-kira pada 1869, di beberapa negara terjadi perubahan lokasi cincin. Tadinya banyak dipakai di sebelah kanan kemudian berpindah ke sebelah kiri.

Banyak tradisi yang mempercayai bahwa penggunaan cincin pernikahan di sebelah kanan tersebut adalah salah satu bentuk rasa hormat perempuan kepada sang suami. Kala itu, banyak tradisi yang menunjukkan bahwa mempelai pria tidak memakai cincin pernikahan. Di berbagai negara seperti Lebanon, Brasil, Suriah dan Turki, cincin pernikahan dipakai di sebelah kanan saat seseorang belum menikah. Kemudian cincin tersebut akan dipindahkan ke sebelah kiri sebagai tanda bahwa perempuan tersebut sudah menikah.

Ada banyak negara yang punta tradisi seperti ini. Misalnya Kanada, Australia, Mesir, Selandia Baru, Botswana, Irlandia, Inggris, Afrika Selatan, Italia, Perancis, Amerika Serikat, Swedia, Italia, Finlandia, Swiss, Cheska, Slovenia, Rumania, Kroasia dan beberapa negara Asia. Pada ajaran agama islam, cincin juga dikenakan pada bagian sebelah kiri. Hal ini melihat seperti Nabi Muhammad SAW yang mengenakan cincin di jari manis sebelah kiri. Pemakaian cincin pernikahan ini sebenarnya tidak ada aturan hukumnya sehingga bisa menyesuaikan kepercayaan yang kamu dan pasangan inginkan.

Bagaimana Sejarah Cincin Dipakai Saat Menikah?

Engagement Ring Shapes | Your guide to ring cuts and shapes
Sejarah cincin nikah di dalam pernikahan sebenarnya berasal dari abad pertama masehi. Di masa kekaisaran Romawi, perhiasan cincin dipakai di dalam acara pertunangan. Konsep pertunangan di zaman dahulu sebenarnya sama dengan sekarang. Tunangan merupakan janji yang dibuat  sebagai bukti bahwa kedua orang ini akan siap menikah di masa depan.

Pada zaman tersebut, tradisi kekaisaran Romawi begitu erat kaitannya dengan agama. Maka ritual itu akhirnya masuk ke dalam gaya perkawinan dalam agama Kristen. Semua masyarakat kala itu melakukan pertukaran cincin sebagai bentuk kesetiaan. Sejak abad ke-9, Gereja Kristen memasukkan prosesi cincin pernikahan di dalam prosesi perkawinan mereka.

Namun, perkembangan tradisi semakin berkembang saat masuk ke abad 10 dan 11. Cincin pernikahan tidak hanya masuk ke dalam upacara perkawinan. Proses akhirnya disertai dengan pemberian berkat saat cincin tersebut dipasangkan ke jari pasangan.

Biasanya mempelai pria akan menyebutkan kalimat pemberkatan sambil memakaikan cincin ke jari manis mempelai wanita. Begitu pula sebaliknya. Cincin sebagai tanda bahwa pernikahan dua orang sudah mendapatkan berkat dari Tuhan. Tradisi pemberian cincin akhirnya masuk ke dalam kesatuan prosesi pernikahan dalam agama.

Hal serupa juga dibuat oleh gereja Ortodoks Timur.  Cincin pernikahan dianggap sebagai simbol ikatan di antara dua orang dalam sebuah upacara perkawinan bukan sebagai simbol berkat. Masuk ke abad ke-16, cincin ini semakin menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah perkawinan.

Tapi, bukan berarti semua gereja kala itu menerima penggunaan cincin dalam upacara perkawinan. Ada pula gereja yang memilih untuk tidak memakai cincin dalam prosesi pernikahan. Salah satunya adalah kaum Puritan pada abad ke-17. Mereka menghapuskan prosesi cincin nikah karena dianggap mengganggu sebuah kemurnian ibadah perkawinan.

Kaum Puritan pada masa tersebut memang punya tujuan untuk memurnikan kembali gereja yang ada di Inggris. Mereka menginginkan untuk menghilangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Romawi. Maka dari itu, mereka sebisa mungkin tidak mengikuti kebiasaan Romawi.

Namun karena kebiasaan ini sudah lama terjadi, maka tak heran jika penggunaan cincin semakin dikenal oleh dunia. Seluruh belahan dunia sudah menjadikan cincin sebagai hal yang tak terpisahkan dari pernikahan. Apalagi pemakaian cincin nikah di jari manis. Menurut warga Romawi, jari manis memiliki hubungan langsung ke organ hati. Artinya ketika ada jari melingkar berarti menjadi tanda bahwa hati seseorang sudah terpenuhi dengan hati orang lain. Seiring perkembangan zaman pula, cincin pernikahan memakai emas.

Tak hanya memahami bahwa ada sejarah panjang mengenai pemakaian cincin dalam pernikahan, kamu juga perlu mengetahui ada sejarah panjang mengapa cincin pernikahan memakai emas. Di masa-masa awal pemakaian cincin pernikahan, perhiasan ini dibuat dengan kandungan besi yang tinggi dan desain yang sederhana.

Seiring perkembangan, bahan emas pun mulai dpilih sebagai bahan dasar cincin karena dianggap lebih cocok dijadikan cincin. Selain itu, emas dianggap cocok bila ditambahkan dengan batu permata. Awalnya cincin emas dipadupadan dengan batu ruby. Pemilihan batu tersebut karena warnanya. Batu ruby berwarna merah dan identik dengan warna hati seseorang. Selain itu, emas juga dianggap perhiasan yang membuat seseorang tampak elegan dan pastinya menjadi benda berharga. Sama seperti hubungan pernikahan yang berharga. Pemakaian cincin emas juga memiliki banyak amnfaat.

Salah satu manfaatnya adalah penanda bahwa orang tersebut sudah memiliki suami atau istri. Maka ketika ada cincin emas di jari seseorang artinya orang lain sebaiknya tidak menjalin hubungan cinta. Selain itu, cincin juga dipakai sehari-hari karena sebagai tanda pernikahan. Tentu saja cincin pernikahan di jari mana ini bisa didiskusikan antara kamu, pasangan dan keluarga. Bisa jadi setiap keluarga memiliki perbedaan tradisi. CIncin sendiri hanya simbol yang juga tidak wajib untuk dipakai.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *