Pernikahan adat Jawa memiliki rangkaian acara yang panjang dari sebelum acara pernikahan hingga resepsi. Salah satu prosesinya adalah upacara siraman. Dalam siraman adat Jawa pun terdapat tata cara dan urutan pelaksanaannya. Kira-kira apa saja, ya, yang perlu kamu persiapkan untuk melaksanakan upacara siraman adat Jawa ini? Yuk, kita bahas tuntas!
Apa Itu Siraman?
Siraman adalah proses menyiram atau memandikan calon pengantin dengan air yang telah bercampur dengan berbagai jenis bunga. Para pengantin umumnya melaksanakan prosesi siraman adat Jawa ini sebelum ijab qabul atau pemberkatan. Upacara siraman berlangsung di rumah masing-masing mempelai.
Prosesi ini melambangkan proses pembersihan dan penyucian kembali dari dosa dan sifat yang tidak baik dari dalam diri calon pengantin. Selain itu, tujuan siraman juga untuk membersihkan calon pengantin dari segala macam gangguan yang mungkin ada.
Tidak hanya sebatas tradisi turun temurun, ternyata prosesi siraman ini juga memiliki manfaat secara fisik bagi kedua calon pengantin, loh! Di mana, siraman air akan menyegarkan tubuh yang lemah dan loyo. Aroma campuran bunga akan memuaskan indra penciuman. Sementara indra peraba akan dimanjakan oleh kesegaran siraman air, serta indra penglihatan yang bersinar melihat berbagai warna bunga di dalam air.
Perlengkapan Siraman Adat Jawa
Sebelum melangsungkan prosesi siraman, keluarga setiap calon mempelai harus mempersiapkan perlengkapan dan barang-barang untuk siraman. Berikut barang yang harus ada dalam prosesi siraman:
- Pengaon atau tempat air besar yang dibuat dari tembaga atau perunggu untuk menampung air.
- Air dari sumur bersih.
- Bunga sritaman yang terdiri dari mawar, melati, kenanga, dan kantil untuk dicampurkan dengan air siraman.
- Konyoh manca warna, yang merupakan lulur 5 warna. Lulur ini dibuat dari tepung beras dan dicampur dengan kencur, kemudian dibuat menjadi 5 warna, yaitu putih, merah, kuning, hijau, dan biru.
- Dua kelapa yang diikat menjadi satu.
- Shampo tradisional yang terbuat dari minyak kelapa.
- Slemek lungguh. Slemek adalah alas, sedangkan lungguh adalah duduk. Jadi kamu perlu menyiapkan alas untuk duduk berupa tikar pandan berukuran 1 meter, 1 lembar kain mori, 1 lembar kain jarik, dan daun apa-apa.
- Kamu juga perlu menyiapkan kain beberapa kain. Yang pertama adalah kain jarik atau kain 4 warna. Kemudian ada kain bango tulak yuyu sekandhang, atau lurik tenun coklat dengan benang kuning. Siapkan juga kain pulo watu atau lurik warna putih dengan garis hitam. Dan yang terakhir siapkan kain berwarna jingga.
- Kain 2 warna, yaitu grompol dan nagasari.
- Kendi berisi air untuk siraman.
- Sabun dan handuk.
- Sesaji untuk siraman yang terdiri dari:
- Tumpeng gundul
- Tumpeng robyong
- Pisang raja saliran
- Dhahar anyep-anyepan
- Pisang pulut saliran isi genap
- Pala kapendhem atau buah-buahan yang tumbuh di dalam tanah
- Pala gumantung atau buah-buahan yang tumbuh di dahan dan menggantung
- Pala kesimpar atau buah-buahan yang tumbuh secara menjalar
- 1 telur ayam kampung
- Empluk-empluk dengan bumbu dapur lengkap
- Setangkep gula jawa
- Kembang telon atau bunga 3 warna
- Kelapa yang sudah dikupas kulitnya
- Cuplak ajug-ajug atau obor
- Jajanan pasar berupa jenang dodol, jenang werna pitu atau jenang 7 warna, jadah, wajik, kacang tanah yang direbus dengan kulitnya.
- 1 ekor ayam jago.
Pelaksanaan Siraman Adat Jawa
Prosesi siraman adat Jawa dilaksanakan satu hari sebelum acara pernikahan berlangsung. Acara ini mulai berlangsung sekitar pukul 10 pagi hingga 3 siang. Pemilihan waktu secara spesifik ini bukan tanpa alasan. Konon, bidadari turun untuk mandi pada pukul 11 siang. Sehingga calon pengantin yang melakukan upacara siraman di jam tersebut, ibarat bidadari yang mandi. Sehingga calon pengantin bisa tampil menawan bak bidadari.
Selain itu, calon pengantin yang melangsungkan prosesi siraman adat Jawa di jam tersebut juga dengan harapan agar dapat menjadi sosok yang suci, sedap ketika memandangnya, menyejukkan, dan memberikan ketentraman. Singkatnya, prosesi siraman ini membuat calon pengantin menjadi sosok yang diinginkan.
Pelaku siraman atau orang yang berhak memandikan calon pengantin sendiri adalah orang tua dan para sesepuh dari keluarga yang dipilih berdasarkan keberhasilan pernikahannya. Hal ini dimaksudkan agar calon pengantin mendapatkan berkah yang sama agar bisa menjalani pernikahan yang langgeng dan harmonis.
Jumlah pelaku siraman sendiri biasanya berjumlah ganjil. Namun pelaku berjumlah 7 orang biasa menjadi pilihan karena angka tujuh dalam bahasa Jawa adalah “pitu” yang artinya “pitulungan” atau pertolongan. Angka ini menyimbolkan agar pengantin bisa memberikan dan mendapatkan pertolongan kepada sesama.
Urutan Siraman Adat Jawa
Setelah semua persiapan selesai terlaksana dan pelaku siraman sudah terpilih, langkah selanjutnya adalah melakukan prosesi siraman adat Jawa itu sendiri. Berikut urutan prosesi siramannya:
1. Ngracik sekar
Sekar dalam bahasa Jawa adalah bunga. Dalam urutan siraman adat Jawa ini, kedua orang tua calon mempelai wanita mencampurkan 7 macam bunga ke dalam air siraman. Bunga ini juga memiliki arti dan doa untuk pasangan pengantin, loh.
Biasanya menggunakan mawar tanpa tangkai, melati, kenanga dan bunga-bunga lain sehingga berjumlah 7 macam. Mawar tanpa tangkai memiliki makna bahwa pengantin tidak boleh seperti duri. Jadi, harus saling jujur dan mengasihi satu sama lain.
Kemudian bunga melati melambangkan pengantin yang harus saling menjaga dan mengharumkan nama baik pasangan. Oleh karena itu, tidak boleh saling mengumbar keburukan pasangan. Sementara itu, bunga kenanga mengandung harapan agar pengantin mendapatkan berkah dan kelimpahan untuk mencapai tujuan pernikahan.
Ketujuh jenis bunga ini dicampurkan dengan air dari 7 sumber mata air dan ditambahkan dengan air kelapa hijau. Tujuh mata air ini sendiri merupakan doa agar pasangan pengantin selalu mendapatkan jalan keluar ketika menghadapi masalah rumah tangga. Sementara itu, tambahan air kelapa hijau memiliki makna agar pernikahan kedua pengantin dapat memberikan manfaat dan melahirkan generasi yang bermanfaat.
2. Sungkeman
Urutan selanjutnya dari acara siraman adat Jawa ditandai dengan prosesi sungkeman. Di sini, calon pengantin berlutut di depan orang tua untuk meminta doa dan restu. Dalam prosesi ini, kedua orang tua calon pengantin wanita menjemput putrinya keluar dari kamar rias dengan iringan musik gendhing ketawang mijil laras pelog pethot barang.
3. Siraman
Setelah sungkeman, calon mempelai wanita akan dituntun pada tempat siraman dan duduk di atas bangku dengan alas tikar pandan. Memulai prosesi siraman dari sesepuh tertua, kemudian orang tua calon pengantin wanita, lalu siraman terakhir oleh dengan pemaes atau juru rias pengantin. Pemaes akan mencuci rambut calon pengantin dengan shampo tradisional. Prosesi ini dilanjutkan dengan meluluri tubuh calon pengantin menggunakan konyoh manca warna lalu dibilas hingga bersih.
4. Wudhu saking kendi
Siram atau mandi adalah salah satu proses untuk membersihkan diri dari kotoran. Begitu pula wudhu yang berfungsi untuk membersihkan hadas kecil dalam Islam.
Wudhu dari kendi ini bermakna agar calon pengantin bisa membersihkan diri dan membangun keluarga yang berhasil. Selain itu, wudhu juga mewujudkan bahwa pengantin akan menjalankan pernikahan sebagaimana mereka menunaikan ibadah kepada Sang Pencipta.
Di penghujung prosesi wudhu, pemaes akan menuangkan air dari kendi kepada calon pengantin untuk berkumur sebanyak 3 kali. Selanjutnya pemaes juga akan mengucurkan air dari kendi dari ujung kepala, wajah, leher, telinga, tangan, hingga kaki sebanyak 3 kali.
5. Pecah kendi
Urutan acara siraman adat Jawa berikutnya adalah memecahkan kendi yang digunakan untuk berwudhu tadi. Yang memecahkan kendi tersebut boleh sesepuh, orang tua pengantin, atau pemaes.
Saat memecahkan kendi, pelaku siraman harus membantingnya hingga terbelah sambil berkata, “Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku.” Setelah kendi terbelah, ucapkan, “Wis pecah pamore.”
Prosesi ini menggambarkan pemecahan pamor atau pesona calon pengantin yang menandakan bahwa calon pengantin sudah cantik atau tampan dan siap melangsungkan prosesi selanjutnya.
6. Pangkas rikmo
Pangkas adalah potong, dan rikmo adalah rambut. Dalam acara siraman adat Jawa ini, calon pengantin wanita dan pria akan dipotong sedikit rambutnya. Nantinya, pihak pria akan mengirimkan utusan untuk memberikan potongan rambutnya ke pihak wanita yang kemudian potongan rambut keduanya akan disatukan dan dikuburkan bersama di halaman rumah. Prosesi ini memiliki makna bahwa kedua calon pengantin menguburkan segala keburukan di masa lalu, sehingga harapannya akan lancar dalam menjalankan rumah tangganya kelak.
7. Bopongan
Setelah seluruh rangkaian acara selesai, calon pengantin akan dibopong atau digendong oleh ayahnya menuju kamar pengantin untuk berganti pakaian dan melanjutkan proses selanjutnya. Acara bopongan ini juga memiliki makna bahwa meskipun sang anak sudah membangun keluarganya sendiri, namun kasih sayang orang tua akan tetap mengiringinya dalam segala kondisi.
Setelah membaca pengertian, persiapan, dan urutan prosesi siraman adat Jawa, kamu pasti semakin tertarik untuk menggunakan prosesi pernikahan adat Jawa, bukan. Penasaran dengan prosesi pernikahan adat lainnya? Yuk, baca juga artikel seputar persiapan pernikahan lainnya di VnCo Jewellery sekarang!