Pernikahan adat Sunda Mahalini dan Rizky Febian

Mengupas Sejarah dan Filosofi Pakaian Pengantin Sunda yang Menawan

Ragam budaya Indonesia menghadirkan banyak variasi dalam tradisi dan adat istiadat, termasuk pada aspek berbusana di setiap daerah. Variasi itu pun tampak dalam pemakaian baju adat hingga aksesori dalam upacara pernikahan. Salah satunya yang cukup berkesan adalah baju pengantin Sunda yang menawan. Dengan ciri khasnya menggunakan mahkota pengantin Sunda atau sering disebut Siger Sunda, ternyata tak hanya sekedar aksesori belaka, tetapi juga mengandung filosofi yang penuh makna.

Nah, dalam artikel kali ini mari kita mengulas tentang keindahan dan makna yang tersimpan di balik kecantikan Siger Sunda secara spesifik, serta pakaian pengantin Sunda yang begitu memesona. Sentuhan tradisi yang kini masih tetap eksis, bahkan kian populer di kalangan anak muda yang mendambakan pernikahan dengan menggunakan adat Sunda. Yuk, kita selami bersama!

Menengok Kembali Sejarah Siger Pengantin Sunda

Busana pengantin sunda
Pengantin Sunda Modern | Foto: fiq_wedding_art

Siger Sunda adalah mahkota yang digunakan oleh pengantin wanita dalam upacara pernikahan adat Sunda. Hiasan kepala pengantin wanita Sunda ini terbuat dari campuran bahan logam dan beratnya bisa mencapai 2 kg. 

Pemakaian siger ini memiliki akar sejarah yang panjang dan kaya, menggambarkan keindahan dan keagungan budaya Sunda. Sejak zaman Kerajaan Sunda, siger telah menjadi simbol keagungan dan kehormatan. Dalam konteks pernikahan, siger tidak hanya berfungsi sebagai hiasan kepala, tetapi juga sebagai simbol status dan identitas budaya.

Banyak disebutkan dari berbagai sumber tentang asal mula mahkota Siger Sunda ini. Diceritakan terinspirasi dari ornamen hiasan kepala yang dipakai oleh Subardha dan Srikandi. Dua orang tokoh kesatria perempuan yang terkenal akan ketangguhannya, namun di sisi lain juga memiliki keanggunan dan kelembutan yang memikat. Ini lah yang menginspirasi busana pernikahan Sunda hingga kini. 

Dalam catatan sejarah, masyarakat Sunda telah mengenakan siger sejak masa kerajaan Pajajaran. Namun, pada masa itu tidak semua wanita Sunda bisa mengenakannya. Siger ini dahulu hanya diperuntukkan pada kaum bangsawan atau mereka yang memiliki status sosial tinggi. Kemudian seiring berjalannya waktu, pemakaian siger menjadi lebih inklusif dan dapat digunakan oleh masyarakat umum dalam upacara pernikahan.

Variasi dalam Tata Rias Pengantin Sunda

Baju pengantin wanita sunda
Pengantin Sunda Siger | Attire: Griya Seni Ekayana

Bila kita kaji lebih dalam lagi, perkembangan penggunaan Siger Sunda di wilayah Jawa Barat (khususnya di wilayah Priangan yang meliputi kabupaten Bandung, Cianjur, Sumedang, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis), ikut mendapat pengaruh dari budaya politik Kerajaan Mataram yang sempat menduduki daerah tersebut. Hal tersebut turut memberi variasi pada tampilan mahkota Sunda Priangan, yang kemudian berdasarkan tampilannya dapat dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu Sunda Sukapura, Sunda Putri dan Sunda Siger.

Baca juga: Mengenal 4 Macam Baju Pengantin Sunda yang Penuh Pesona

Bukan Sekedar Hiasan Kepala, Siger Sunda juga Menyimpan Makna 

Filosofi Siger pengantin sunda
Riasan Pengantin Sunda Siger | Foto: Inper | Attire: Umah Kebaya Dewi

Sama halnya dengan pakaian dari adat-adat lainnya, dalam pakem pakaian pernikahan adat Sunda juga terdapat beberapa unsur pokok yang menunjang keseluruhannya, yaitu: tata rias pengantin, pakaian pengantin dan perhiasan pengantin yang dikenakan. Tentunya, setiap ciri khas dalam atribut-atribut pengantin tersebut memiliki makna yang terkandung di dalamnya. 

Hal inilah yang membedakan busana pernikahan tradisional dan busana modern, yaitu adanya filosofi yang mendasari setiap atributnya, baik itu bahan, bentuk, jumlah dan detail-detail lainnya. Sesuatu yang luput dari busana modern masa kini, lebih dari sekedar estetika.

Lebih lanjut, mari kita uraikan satu per satu pesan-pesan atau petuah yang terkandung dalam atribut pakaian pengantin Sunda yang melegenda ini!

1. Mahkota Siger

Mahkota siger sunda
Mahkota Pengantin Sunda Siger | Foto: Inper | Attire: Umah Kebaya Dewi

Ornamen indah yang menghiasi di kepala pengantin wanita Sunda ini memiliki fungsi yang sama halnya dengan sebuah mahkota, menyimbolkan kedudukan sang pengantin wanita sebagai ratu sehari di hari pernikahannya. Makna peletakannya lebih sakral lagi, yaitu sebagai simbol kearifan, kebijakan dan kehormatan seorang pengantin selayaknya seorang raja.  

Meski ada perbedaan dari bentuk dan warna pada siger yang dikenakan pengantin Sunda Priangan, tetapi pada dasarnya aksesori ini memiliki makna yang sama. Diantara perbedaan antara lain terletak pada filosofi warna yang digunakan. 

  • Pada Pengantin Sunda Putri tidak menggunakan mahkota siger, namun tetap memakai atribut riasan lainnya dengan dominan menggunakan warna putih karena menyimbolkan kesucian, kesederhanaan dan ketulusan yang diharapkan dapat diterapkan oleh sang pengantin wanita dalam kehidupannya.
  • Pada Pengantin Sunda Siger, yang umumnya menggunakan warna kuning keemasan melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Ini adalah harapan agar pengantin melewati kehidupan dengan penuh kemakmuran dan pencapaian-pencapaian yang besar tersebut diperoleh melalui pernikahan.
  • Pada Pengantin Sukapura, umumnya didominasi dengan warna hijau yang melambangkan kasih sayang dalam kepercayaan dalam budaya Sunda. Harapannya, kedua pengantin dapat saling menyayangi hingga akhir hayatnya. 

Selain hal-hal tersebut di atas, bentuk segitiga menghadap ke atas pada mahkota siger Sunda juga diyakini memperoleh pengaruh dari kehadiran agama Islam. Bentuk ini melambang keesaan Tuhan, dengan pesan bahwa kehidupan manusia ibarat mendaki puncak dengan tujuan tertinggi kembali ke pelukan Yang Maha Kuasa.  

2. Kembang Turi

Pengantin Sunda Siger
Siger Sunda | Foto: Imagenic | Attire: Griya Seni Ekayana

Dalam tata rias pengantin Sunda, istilah kembang turi ini adalah rambut berbentuk melengkung atau hampir melingkar yang posisinya berada di depan telinga. Untuk membuatnya, rambut dipotong lalu ditarik ke bagian depan kemudian dibentuk sehingga menyerupai bentuk kembang turi yakni dengan ujung yang melengkung dan menempel di bagian pipi.

Penataan kembang turi tersebut ternyata ada filosofinya, loh!  Pada proses pembentukannya dengan memotong rambut si pengantin, ini menyimbolkan bahwa sifat-sifat buruknya pun ikut terbuang, sehingga yang tersisa adalah sifat-sifat baiknya. 

Kemudian, saat menarik rambut tersebut ke depan untuk membentuknya menyerupai kuncup bunga turi, si penata rias akan mengucapkan kalimat dalam bahasa Sunda “tong asal ucap” yang berarti “jangan asal berbicara”. Hal ini mengandung pesan kepada sang pengantin wanita, bahwa kelak ketika sudah menjadi istri, ia tak boleh asal berucap tentang kehidupan rumah tangganya atau tentang keburukan suaminya.   

Dan saat ujung kembang turi ini ditarik ke arah belakang, penata rias berbisik “tong asal dangu” yang maknanya adalah “jangan asal mendengar”. Ini menyiratkan pesan agar kelak setelah menikah si pengantin wanita tak boleh asal mendengar dan memercayai hal-hal yang ia dengar, terutama tentang keburukan suaminya. 

3. Sanggul Puspasari

Pengantin Sunda Siger
Pengantin Sunda Siger | Foto via Griya Seni Ekayana

Kalau di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta terkenal dengan Sanggul Ukel Konde, Ukel Tekuk hingga Sanggul Ciwidey, gelungan rambut yang dikenakan pengantin wanita Sunda tradisional diberi nama Sanggul Puspasari. 

Pada dasarnya, sanggul tradisional ini menggunakan rambut asli sang pengantin wanita bentuknya ditata menyerupai pohon cemara yang simetris di kedua sisinya, dengan makna bahwa setelah menikah ia kelak dapat menjalani perannya dalam kehidupan berumah tangga, yakni seperti menjadi istri dan seorang ibu yang mampu mengurus suami dan anak dengan baik. 

4. Kembang Tanjung

Pengantin Sunda putri
Pengantin Sunda Putri |Foto via Griya Seni Ekayana

Pada bagian atas tatanan rambut pengantin wanita Sunda, biasanya disematkan rangkaian bunga, yaitu pada bagian belakang mahkota siger yang berbentuk menyerupai hati. Atribut ini disebut kembang tanjung, jumlahnya enam buah. Sesuai dengan bentuknya, kembang tanjung ini menyimbolkan hati yang  memiliki makna kesetiaan dari sang pengantin wanita kepada pengantin pria. 

5. Kembang Goyang 

Riasan pengantin sunda putri
Pengantin Sunda Putri Modifikasi | Attire: Griya Seni Ekayana

Pada bagian atas sanggul pengantin Sunda terdapat ada tujuh buah kembang goyang, yaitu ornamen berbentuk seperti setangkai kelopak bunga yang terbuat dari logam berhiaskan permata. Disebut kembang goyang karena ketika disematkan di atas kepala pengantin, ornamen ini ikut bergoyang mengikuti gerak pemakainya.    

Yang perlu kamu tahu juga, dari tujuh buah kembang goyang tersebut, lima di antaranya dipasang dengan posisi menghadap ke depan. Sementara sisanya, dua buah menghadap ke belakang. 

Jumlah kembang goyang ini adalah simbol kebaikan dan rezeki, dengan harapan agar pengantin senantiasa memperoleh rezeki dan kebaikan. Sementara itu, posisi pemasangan kembang goyang yang menghadap ke depan dan ke belakang ini menyimbolkan kecantikan pengantin wanita yang harus tampak baik dari depan maupun belakang. 

6. Sirih (Ngeningan)

Riasan pengantin sunda putri
Pengantin Sunda Putri | Foto: Griya Seni Ekayana

Ada pula potongan daun sirih yang digunakan dalam tata rias pengantin Sunda, menyimbolkan “sirih tumbal”. Dalam hal ini sirih tersebut diibaratkan sebagai penolak bala atau hal-hal yang tak diinginkan dalam kehidupan rumah tangga yang akan dibina oleh kedua mempelai kelak.  

Hiasan berbentuk belah ketupat yang dipakai di tengah kening pengantin wanita Sunda ini memang tidak masuk dalam kesatuan mahkota Siger Sunda, tetapi menjadi salah satu atribut yang unik dan bermakna. Pada rias pengantin Sunda modern modifikasi pun tetap ada ngeningan, meski kadang tidak menggunakan daun sirih asli. 

7. Roncean Bunga 

pengantin sunda siger hijab modern
Pengantin Sunda Siger Hijab | Foto: House of Liza

Tak lengkap rasanya tata rias pengantin tradisional tanpa roncean bunga-bunga yang harum semerbak. Apapun adatnya, roncean bunga seperti tak pernah absen, begitu pula dalam pernikahan adat Sunda. 

Roncean bunga pengantin biasanya terdiri dari untaian bunga melati, bunga sedap malam, bunga tanjung dan bunga kantil. Dipasang di sanggul pengantin dan dibiarkan menjuntai hingga ke pinggang, panjangnya bisa mencapai 20-30 cm. 

Filosofi ronce bunga pengantin ini adalah sebagai simbol kemurnian dan kesucian diri sang pengantin wanita. Dengan harapan agar kedua mempelai selalu memperoleh keharmonisan dan kemudahan dalam membina rumah tangga.

Ornamen khas pernikahan adat ini tidak hanya memberi efek terapi yang menenangkan. Dari aroma harumnya yang semerbak, juga bisa meningkatkan mood, menciptakan suasana romantis hingga memacu gairah seksual di antara pasangan pengantin baru, loh!

Sebagai informasi tambahan, roncean bunga yang dipakai oleh pengantin wanita Sunda tersebut ada 6 jenis, dan masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda.

  • Mayang sari dan mangle susun

Mayang sari adalah rangkaian bunga melati yang disematkan di belakang telinga sebelah kiri pengantin. Pesan dari pemasangan untaian bunga mayang sari ini adalah harapan agar tidak terjadi perselisihan dalam kehidupan kedua mempelai kelak. 

Sementara itu, roncean bunga panjang di belakang telinga kanan yang menjuntai hingga pinggang namanya mangle susun. Ornamen ini menggambarkan bahwa semua rencana rumah tangga telah tersusun dengan rapi.

  • Ronce bawang sebungkul

Selanjutnya, ada ronce bawang sebungkul. Ini adalah rangkaian bunga melati yang posisinya di belakang kedua telinga, dengan panjang yang sama. Ronce bawang sebungkul menyimbolkan keseimbangan dalam hidup.

  • Mangle sisir bintang

Di kanan dan kiri sanggul ada untaian bunga berbentuk bintang, ini namanya mangle sisir bintang. Menyimbolkan harapan agar kehidupan rumah tangga kedua mempelai kelak akan seindah cahaya bintang-bintang di kegelapan.

  • Mangle pasung dan pinti

Ada lagi mangle pasung, untaian bunga ini bentuknya berupa setengah lingkaran atau seperti bando. Posisinya berada di belakang telinga kiri ke telinga kanan, dengan jumlah lima atau tujuh buah. Di dasarnya adalah pinti, ini bermakna kesucian seorang gadis. 

  • Tutup sanggul rambang melati

Kemudian apabila kamu melihat rangkaian bunga melati yang bentuknya serupa jala menutupi sanggul sang pengantin, ini namanya tutup sanggul rambang melati. Ornamen ini menyimbolkan harapan supaya sang pengantin wanita pandai menabung untuk masa depan kelak.

  • Taburan melati

Dan, yang terakhir taburan bunga melati di atas kepala pengantin berjumlah 5 hingga 17 kuntum. Di mana, 5 kuntum menyimbolkan sholat 5 waktu, dan 17 kuntum menyimbolkan jumlah seluruh rakaat sholat wajib yang harus ditunaikan dalam sehari. 

Pakaian Pengantin Sunda 

Pengantin Sunda Sukapura
Pengantin Sukapura | Foto: Griya Seni Ekayana

Nah, di atas kita sudah membahas tentang atribut pada Siger Sunda. Namun, kurang lengkap rasanya jika belum membahas keseluruhan elemen pada pakaian pengantin asal Bumi Pasundan ini. Selanjutnya kita akan mengupas satu per satu, baik pakaian untuk pengantin wanita maupun pakaian untuk pengantin pria Sunda beserta aksesorinya. 

1. Pakaian Pengantin wanita

Berbicara tentang busana pengantin Sunda, secara umum tak jauh berbeda dengan pakaian pengantin wanita di daerah-daerah sekitarnya. Yup, pengantin wanita Sunda pun mengenakan kebaya pada prosesi pernikahan. Sebagaimana kebaya telah menjelma menjadi identitas dan kebanggaan para wanita Indonesia, kebaya pengantin Sunda pun menyimbolkan kecantikan, keanggunan dan etika budaya yang dijunjung tinggi oleh pemakainya.

Lebih spesifik lagi, di kalangan masyarakat Sunda khususnya di wilayah Priangan, terdapat variasi pada kebaya yang dikenakan oleh pengantin. Sama halnya dengan bentuk mahkota siger, warna kebaya pengantin Sunda pun berbeda-beda. Mari kita kupas satu per satu. 

  • Pengantin Sukapura

Pengantin Sunda Sukapura
Pengantin Sunda Sukapura | Foto: Griya Seni Ekayana

Kebaya pengantin Sukapura terbuat dari bahan kain brokat berpayet dengan ciri khas warna hijau. Biasanya kebaya pengantin ini berpotongan panjang hingga sampai ke pinggul. Dipilihnya warna hijau selain memiliki fungsi keindahan, warna ini menyimbolkan kasih sayang dalam kepercayaan orang Sunda.

Baju kebaya ini kemudian dipadupadankan dengan kain batik bercorak sidomukti atau lereng eneng dengan ciri khas pada tepian kainnya dilipat kecil menyerupai kipas. Sementara pada bagian dalam kebaya, pengantin mengenakan langtorso atau semacam pakaian dalam wanita. 

Penampilan pengantin wanita Sunda kemudian disempurnakan dengan memakai alas kaki, selop bertumit tinggi bersulamkan emas, dengan pilihan warna hitam atau gading. 

  • Pengantin Sunda Putri 

Sunda Putri
Pengantin Sunda Putri | Foto: Griya Seni Ekayana

Pakaian pengantin Sunda Putri lebih sederhana, biasanya bernuansa putih atau hitam dengan model kebaya Kartini yang cukup panjang. Sama halnya dengan busana pengantin Sukapura, untuk bawahan kebaya pengantin Sunda Putri juga dipadupadankan dengan kain batik sidomukti atau lereng eneng.

Warna putih menyimbolkan kesucian, kesederhanaan dan ketulusan yang diharapkan dapat diterapkan oleh sang pengantin wanita dalam kehidupannya.  Selain kebaya brokat putih, pada busana pengantin Sunda Putri juga ada tambahan dua buah bros yang dipasang bertingkat untuk mempercantik penampilannya. Tak lupa juga memakai selop tertutup dengan warna yang senada.   

  • Pengantin Sunda Siger

Pengantin Sunda Siger
Pengantin Sunda Siger | Foto: Imagenic | Attire: Griya Seni Ekayana

Pakain pengantin Sunda Siger pun tak jauh berbeda, kebaya brokat yang dikenakan umumnya berwarna putih atau pada zaman modern ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keinginan sang pengantin. Kemudian untuk bawahannya dipadukan dengan kain batik motif  sidomukti atau lereng eneng.

Perbedaan yang paling mencolok tampak pada penggunaan mahkota siger pengantin wanita, yang tak lain menyimbolkan status terhormat (menak), sebab dahulu hanya dikenakan oleh para keturunan kerajaan. Namun, di era modern ini siapapun boleh menggunakannya. 

2. Pakaian Pengantin Pria

Baju pengantin sunda pria
Busana Pengantin Sunda Pria | Foto via Melati Griya Pengantin

Meski elemen pada pakaian pengantin pria Sunda tidak sebanyak pengantin wanita, namun atribut-atribut yang dikenakan juga mengandung makna dan petuah yang mendalam.

  • Jas buka prangwedana adalah busana utama yang dikenakan oleh pengantin Sunda pria, pakaian ini melambangkan kewibawaan dan kejantanan yang dimiliki oleh pengantin pria.
  • Samping atau kain, ini dikenakan kedua mempelai baik pengantin pria maupun pengantin wanita. Corak batik sidomukti pada kain tersebut menyimpan arti dari bentuknya yang berulang-ulang, maknanya adalah agar kehidupan kedua mempelai selalu berkecukupan, apabila mendapat rezeki akan terus berulang-ulang untuk masa depan yang cerah dan bahagia. Adapun motif batik lereng eneng menyimpan arti jalan panjang kehidupan pernikahan, di mana kedua mempelai harus melalui segala rintangan bersama-sama. Kedua mempelai memakai batik yang selaras agar kehidupan rumah tangga mereka akan selalu sejalan dalam situasi apapun.
  • Lipatan kain pengantin pria berjumlah tujuh dan pengantin wanita berjumlah lima, ini menyiratkan bahwa sang mempelai pria memiliki tanggung jawab lebih besar sebagai kepala rumah tangga, daripada mempelai wanita. Setiap lipatan pada kain pengantin tersebut adalah simbol kesetiaan, tanggung jawab, perilaku membimbing, ketulusan, kasih sayang dan kepercayaan.  
  • Keris adalah simbol keberanian sang pengantin pria menikahi calon pengantin wanitanya. Posisi kerisnya berada di sebelah kanan, ini menyimbolkan kesungguhan. 
  • Panetep, ini adalah rangkaian bunga yang menghiasi keris, posisinya di sebelah kiri. 
  • Boro-boro, aksesori mirip sabuk ini berfungsi untuk menyimpan keris pengantin pria dalam adat Sunda, posisinya di bagian luar pakaian. Tidak seperti beskap Jawa yang menyimpan keris di bagian dalam dengan potongan melengkung di belakang, beskap Sunda menonjolkan boro ini secara lebih terlihat. 
  • Bendo, penutup kepala tradisional dalam budaya Sunda atau disebut juga blangkon Sunda, tidak memiliki mendolan. Bendo Sunda umumnya lebih sederhana dalam desainnya, tanpa tonjolan kain di bagian belakang. Desain minimalis ini mencerminkan estetika dan nilai-nilai budaya Sunda yang mengutamakan kesederhanaan. 

3. Aksesori dan Perhiasan

Pengantin Sunda Modern
Busana Pengantin Sunda Siger Modern | Foto: Morden

Beberapa aksesori yang dipakai oleh pengantin Sunda antara lain ada kilat bahu dan benten. 

  • Kilat bahu adalah sebuah aksesori berbentuk seperti naga dengan sayap burung elang. Aksesori ini dalam kepercayaan Sunda menyimbolkan naga dan elang, naga yang memiliki sifat menjaga dan elang yang kuat. Maknanya adalah harapan agar kedua mempelai kelak dapat saling menjaga dan kuat dalam menghadapi berbagai badai yang mungkin akan menghampiri pernikahan keduanya.  
  • Benten atau sabuk, ini juga melengkapi tampilan pengantin wanita Sunda, ini menyimbolkan kesetiaan dan kesanggupan menjaga diri setelah menikah nantinya. 
  • Selain aksesori tradisional yang khas tersebut, perhiasan lain yang juga dikenakan oleh pengantin wanita Sunda adalah giwang (anting-anting), bros, gelang, kalung dan juga cincin permata. 

Kepercayaan dalam Tradisi Sunda yang Diyakini Berpengaruh Pada Penampilan si Calon Pengantin

Pernikahan adat Sunda
Busana Pengantin Sunda Siger | Foto: instagram/shannahssn

Kalau dalam tradisi Jawa ada prosesi Midodareni sebelum hari H, dalam tradisi pernikahan Sunda ternyata juga ada beberapa kepercayaan yang diyakini akan memberi pengaruh dalam penampilan sang pengantin. Boleh percaya atau tidak, namun mungkin tradisi ini masih tetap dilestarikan di zaman modern ini karena telah dilakukan secara turun-temurun. 

1. Pingit 

Masyarakat Sunda juga mengenal tradisi pingit atau larangan untuk calon pengantin wanita bertemu dengan calon mempelai prianya. Tradisi ini dipercaya mampu menciptakan kesan “pangling”, dengan pesan sebagai pembelajaran seandainya kelak setelah berumah tangga kedua mempelai akan merasakan hal tersebut.

2. Saum Bodas 

Dalam adat Jawa ada puasa mutih, di tradisi pernikahan Sunda ada saum bodas namanya, yaitu tradisi berpuasa sebelum pernikahan untuk para calon pengantin wanita. Tujuannya selain untuk menjaga berat badan tetap ideal, juga dipercaya mampu menolak bala sehingga nanti pada saat hari pernikahan, mempelai wanita akan tampil cantik, bersih dan bercahaya. 

Uniknya, puasa ini juga dianjurkan bagi penata rias pengantin sekaligus penata busana yang akan menangani riasan mempelai wanita nantinya. Puasa ini ini diyakini bisa memberi para penata rias dan penata busana pengantin itu ketenangan, sehingga nanti mereka dapat memberikan petuah-petuah tentang makna kehidupan berumah tangga kepada si mempelai wanita pada saat mendandani si pengantin wanita.

3. Pengantin tidak boleh memandang cermin selama proses dirias 

Pernikahan adat Sunda Mahalini dan Rizky Febian
Busana Pengantin Sunda Siger  | Foto: Axioo vi Griya Seni Ekayana

Satu lagi kepercayaan yang diyakini berpengaruh bagi penampilan pengantin Sunda pada zaman dahulu yaitu tidak boleh bercermin selama proses pengantin didandani. Sang pengantin hanya boleh memandang kaca kecil yang ukurannya sekitar 6 cm x 6 cm. 

Larangan ini bertujuan agar si pengantin bisa fokus menyerap makna pernikahan yang diberitahukan oleh penata riasnya tanpa terdistraksi oleh riasan wajahnya. Selain itu, larangan bercermin ini juga dilakukan agar si pengantin akan merasa ‘manglingi’ setelah ia didandani.   

Well, gimana guys? Setelah membaca ulasan di atas kamu sudah makin paham kan tentang berbagai atribut dalam pernikahan adat Sunda? Semoga pembahasan mengenai sejarah dan filosofi Siger Sunda yang penuh makna tersebut bisa menambah wawasan dan memberi kamu inspirasi, ya! 

Apa kamu jadi semakin mantap untuk memakai adat Sunda di pernikahanmu? Let us know, jika kamu membutuhkan aksesori perhiasan yang sempurna untuk momen spesialmu, ya. Koleksi perhiasan V&Co Jewellery adalah pilihan yang tepat!

***

Referensi: berbagai sumber, Jurnal UNIKOM