sejarah cincin kawin

Ketahui Sejarah Cincin Kawin yang Memorable

Cincin kawin menjadi sesuatu simbol yang sangat sakral. Saat ini, keberadaannya sangat penting bagi pasangan yang ingin menikah. Cincin kawin adalah simbol pengikat pasangan ketika mengucapkan janji suci di altar pernikahan. Tahukah kamu jika sejarah cincin kawin tersebut telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan berasal dari tradisi kristen barat? Jadi, keberadaan cincin kawin sebagai simbol pernikahan itu bukan baru-baru ini.

Pemilihan perhiasan cincin sebagai simbol suci pernikahan adalah karena bentuknya yang melingkar dan tidak ada ujungnya. Bentuk tersebut menyimbolkan kesetiaan serta kemurnian cinta antara dua orang yang tidak akan berakhir. Walaupun begitu, sebenarnya cincin tersebut tidak diwajibkan ada dalam sebuah pernikahan.

Cincin kawin dikenakan di jari manis tangan kiri oleh masing-masing pengantin pada upacara pernikahan. Mungkin kamu bingung, mengapa jari manis yang dipilih untuk dipakaikan cincin. Kamu perlu tahu jika di jari manis terdapat nadi yang terhubung langsung dengan jantung. Sehingga hal ini yang menjadi simbol pasangan adalah orang yang selalu dekat di hati.

Tidak hanya dianggap sebagai simbol, tetapi juga sebagai bentuk niatan suci dari dua orang untuk menghabiskan sisa hidup bersama. Tradisi juga mengharuskan kedua pasangan untuk selalu mengenakan cincin kawin setiap hari. Tidak hanya sebagai simbol status perkawinan, akan tetapi juga sebagai pengingat akan pasangannya. Seperti apa cerita dan sejarah cincin kawin? Mari kita bahas!

Sejarah Cincin Kawin

Sejarah cincin kawin dalam upacara pernikahan berasal dari abad pertama masehi. Pada masa kekaisaran Romawi, perhiasan cincin digunakan dalam acara pertunangan untuk pertama kalinya. Pertunangan tersebut adalah janji yang dibuat untuk menikah di masa yang akan datang.

Di masa tersebut, tradisi kekaisaran Romawi masih sangat kental dalam masyarakat sehingga banyak tradisi setempat yang dimasukkan ke dalam ritual perkawinan agama Kristen. Salah satunya adalah pertukaran cincin. Di abad ke-9, gereja kristen mulai mencantumkan cincin kawin dalam tata pernikahan mereka.

Memasuki abad ke-10 dan ke-11, cincin kawin tidak hanya sekadar menjadi bagian dari sebuah upacara pernikahan saja. Prosesnya mulai disertai dengan pemberian berkat saat memasang cincin tersebut ke jari pasangan.

Mempelai pria yang ditunjuk untuk menyebutkan kalimat pemberkatan sambil mengenakan cincin ke jari manis mempelai wanita. Pemberian berkat tersebut membuatnya menjadi lebih bermakna seperti halnya roti dan anggur dalam Ekaristi. Sedangkan gereja Ortodoks Timur menjadikan cincin kawin sebagai simbol ikatan antar dua orang dalam upacara perkawinan, bukan sebagai simbol berkat.

Memasuki abad ke-16 hingga sekarang, cincin kawin telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam sebuah perkawinan. Namun bukan berarti semua gereja telah menerima dan menyetujui adanya penggunaan cincin kawin dalam sebuah upacara perkawinan.

Salah satu golongan yang menolak penggunaan cincin tersebut adalah kaum Puritan di abad ke-17. Karena penggunaan cincin dianggap mengganggu kemurnian ibadah pernikahan. Kaum Puritan pada masa tersebut memang memiliki tujuan untuk memurnikan gereja-gereja yang berada di Inggris, dengan menghilangkan hal yang berbau Romawi. Setelah kita bahas sejarah cincin kawin pada umumnya, saatnya kita bahas sejarah cincin kawin emas!

Sejarah Cincin kawin Emas

Selain sejarah cincin kawin, perlu kita ketahui sejarah mengenai penggunaan emas pada cincin. Di masa-masa awal, cincin kawin terbuat dari kandungan besi yang cukup tinggi dan desain sederhana. Seiring dengan berjalannya waktu, bahan emas mulai dipilih sebagai bahan dasar cincin ketika orang-orang mulai menyadari bahwa emas sangat cocok dipadukan dengan batu permata.

Batu permata pertama yang padukan dengan cincin emas adalah batu ruby. Pemilihan tersebut didasarkan karena warna batu ruby yang berwarna merah, yang identik dengan warna hati seseorang.

Selain sebagai salah satu syarat dalam upacara pernikahan, cincin kawin memiliki banyak manfaat. Salah satu manfaatnya adalah sebagai penanda status bahwa orang tersebut telah berpasangan atau memiliki suami atau istri.

Dengan begitu, maka orang tersebut dilarang mendekati dan didekati oleh orang lain dengan tujuan untuk menjalin hubungan cinta. Selain itu, cincin kawin yang tidak pernah dilepas bermanfaat agar cincin tidak mudah hilang. Bentuknya yang kecil dan mudah terselip di tempat sempit, membuat cincin sulit untuk dicari ketika sang pemilik kehilangan.

Selalu mengenakannya pun akan meningkatkan hubungan dengan pasangan, karena menunjukkan keseriusan dalam hubungan perkawinan kedua pasangan.

Ketika status seseorang telah menikah tetapi tidak menggunakan cincin kawinnya, tentu hal itu akan menimbulkan banyak pertanyaan terutama di lingkungan sekitar. Mereka pasti bertanya-tanya mengenai alasan dan motifnya. Karena itu, selama tidak menimbulkan ketidaknyamanan saat menggunakannya atau terjadi iritasi pada jari, sebaiknya cincin kawin tidak lepas.

Jadi, begitulah sejarah cincin kawin pada masanya dulu. Ketika saat ini menjadi identik dengan sebuah simbol pernikahan, hal itu sudah lebih dulu ada dari zaman dulu. Makna tersebut akan selalu ada sampai kapanpun.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *